Jumat, Februari 25

LANJUTAN DAFTAR TANAMAN OBAT

Sirsak

(Annona muricata, Linn. (Latin))
Sinonim :
--
Familia :
Annonaceae
Uraian :
Sirsak (Annona muricata) berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda. Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Tetapi untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka yang paling balk ditanam di daerah yang tanahnya cukup mengandung air. Di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kuranglebih berarti kantung yang asam. Buah Sirsak yang sudah masak lebih berasa asam daripada manis. Pengembangbiakan sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia 4 tahunan setelah ditanam.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: Sirsak (Indonesia) Nangka sabrang, Nangka landa (Jawa) Nangka Walanda, Sirsak (Sunda) Nangka buris (Madura) Srikaya jawa (Bali) Deureuyan belanda (Aceh) Durio ulondro (Nias) Durian batawi (Minangkabau) Jambu landa (Lampung) Langelo walanda (Gorontalo) Sirikaya balanda (Bugis dan Ujungpandang) Wakano (Nusa Laut) Naka walanda (Ternate) Naka (Flores) Ai ata malai (Timor)

Penyakit Yang Dapat Diobati :
--
Pemanfaatan :
Komposisi :
Sirsak (Annona muricata) pada setiap 100 gramnya mengandung nilai kalori sebanyak 65 kalori, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 16,3 gram, kalsium 14 miligram, fosfor 27 miligram, besi 0,6 miligram, vitamin A 10 SI, vitamin B, 0,07 miligram, vitamin C 20 miligram dan zat air 81,7 persen. Di samping itu, pada bagian daun clan batangnya mengandung unsur senyawa tanin, fitosterol, ca-oksalat clan alakaloid murisine.






Sisik Naga

(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.)
Sinonim :
D. heterophyllum C.Chr., D. microphyllum (Pr.) C.Chr., Lemmaphyllum microphyllum Presl.
Familia :
polypodiaceae.
Uraian :
Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, merupakan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Terna, tumbuh di batang dan dahan pohon, akar rimpang panjang, kecil, merayap, bersisik, panjang 5-22 cm, akar melekat kuat. Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan jarak yang pendek. Daun bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata, permukaan daun tua gundul atau berambut jarang pada permukaan bawah, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan. Daunnya ada yang mandul dan ada yang membawa spora. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm. Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Sisik naga dapat diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: picisan, sisik naga (Semenanjung Melayu), sakat riburibu (Pantai Sumatera Barat). Jawa: paku duduwitan (Sunda), pakis duwitan (Jawa). NAMA ASING Bao shu lian (C), dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (B). NAMA SIMPLISIA Drymoglossi Herba (herba picisan).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rasanya manis, sedikit pahit, dingin. Antiradang, menghilangkan nyeri (analgesik), pembersih darah, penghenti perdarahan (hemostatis), memperkuat paru-paru, dan obat batuk (antitusif). Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian Ekstrak alkohol daun sisik naga mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan Escherichia coli, sedangkan ekstrak alkohol dan ekstrak airnya dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus aureus (L. Nuraini Susilowati, FF UGM, 1988).
Pemanfaatan :
Komposisi :
Sisik naga mengandung minyak asiri, sterol/triterpen, fenol, flavonoid, tanin, dan gula.





Som Jawa

(Talinum paniculatum (jacq.) Gaertn.)
Sinonim :
T. crassifolium Willd.. T. patens (L.) Willd.. Portulaca patens L.
Familia :
Portulacaceae
Uraian :
Som jawa ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis. Akarnya berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti kolesom. DI Jawa tumbuh pada ketinggian 5 - 1.250 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 30 - 60 cm, batang bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal runcing, panjang 3 - 10 cm, lebar 1,5 - 5 cm. Perbungaan majemuk dalam malai di ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya merah ungu. Buahnya buah kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitatn, bulat gepeng.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Gelang porslen. NAMA ASING Turen shen (C), vergeet-mij-wel (B), tho cao ly sam, tho nhan sam (V), panicled fameflower root (I). NAMA SIMPLISIA Talini paniculati Radix (akar som jawa).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Akar bersifat manis dan netral yang berkhasiat menguatkan paru, tonikum, dan afrodisiak. Sedangkan daunnya berkhasiat meningkatkan nafsu makan (stomakik).
Pemanfaatan :
Komposisi :
Daun mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.




Sosor Bebek

(Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.)
Sinonim :
Bryophyllum pinnatum, (L.f.) Oken. = B. germinans, Blanco. = B.pinnatum. (lamk.), Kurz. = Cotyledon paniculata, Blanco. = C. pinnata, Lamk. = C. rhizophylla, Roxb.
Familia :
Crassulaceae
Uraian :
Terna tahunan yang berasal dari Madagaskar, tersehar di daerah tropik. Tinggi ± 1 m, dipelihara di pekarangan rumah atau tumbuh liar di tepi jurang, pinggir jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas dan kering. Tumbuh sampai ± 1.000 m di atas permukaan laut.Terna berbatang basah, daun tebal pinggir beringgit, banyak mengandung air, bentuk daunnya lonjong atau bundar panjang, panjang 5 - 20 cm, lebar 2,5-15 cm, ujung daun tumpul, pangkal membundar, permukaan daun gundul, warna hijau sampai hijau keabu-abuan. Dapat dikembangbiakkan melalui daun (Kuncup-kuncup daun berbentuk dalam toreh-toreh pada tepi daunnya). Syarat Tumbuh a. Iklim 1) Ketinggian tempat 1 m - 2.400 m di atas permukaan laut 2) Curah hujan tahunan 2.500 mm - 2.500 mm/tahun 3) Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 8 bulan - 9 bulan. 4) Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) ; 3 bulan - 4 bulan 5) Suhu udara : 20' C - 25' C. 6) Kelembapan : sedang. b. Tanah 1) Tekstur : pasir sampai liat 2) Drainase : sedang - baik 3) Kedalaman air tanah : 10 cm - 25 cm dari permukaan tanah 4) Kedalaman perakaran : 2 cm - 25 cm dari permukaan tanah 5) Kemasaman (pH) : 5 - 7. 6) Kesuburan sedang.

Nama Lokal :
Buntiris, Jampe, Jukut kawasa, tere, ceker itik (Sunda); Suru bebek, sosor bebek, teres, tuju dengen (Jawa),; Didingin beueu (Aceh), Mamala (Halmahera), Rau kufiri (Ternate); Kabi-kabi (Tidore), dau ancar bebek, daun ghemet (Madura); Lou di sheng gen (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit panas, Sakit kepala, Batuk, Melancarkan air seni;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIA DAN EFEK FARMAKOLOGI : Agak asam, bau lemah, dingin. Anti radang, menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan, mempercepat penyembuhan. KANDUNGAN KIMIA : Zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, quercetin-3-diarabinoside, kaempferol-3-glucoside.





Srigading

(Nyctanthes arbor-tristis L.)
Sinonim :
= N. arbodica-charantia L., = N. dentata, Bl.
Familia :
Oleaccae
Uraian :
Srigading tumbuhan asli India, tersebar luas di seluruh dunia yang beriklim panas. Tumbuh liar di semak-semak atau pinggir hutan, namun sering ditanam sebagai tanaman hias dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpl. Perdu atau pohon kecil, tinggi ± 9 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, berambut, kasap, putih kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, permukaan kasap, tulang menyirip, panjang 4 - 11 cm, lebar 2 - 8 cm, duduk berhadapan, hijau. Bunga majemuk bentuk malai, harum, kelopak bentuk corong, berambut, panjang ± 7 mm, tabung mahkota silindris, jingga, mahkota 3 - 5, putih, mekar waktu malam hari dan berjatuhan pada pagi hari. Buah kotak, bulat telur, pipih, panjang ± 1,5 m, cokelat. Biji keras, cokelat. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

Nama Lokal :
Srigading, suruh gading, sarigading, sirih gading,; Kembang pengantin, daun karangan (Jawa).; Coral jasmine, sorrowful tree (Inggris).; Harsinghar, patijataka (India/Pakistan).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam nifas, demam malaria, ruam kulit, kusta, cacing gelang,; Cacing keremi, nyeri pinggul, pegal pinggang, haid tidak lancar,; Perawatan setelah melahirkan, rematik, cacingan, batuk, ; Radang saluran napas (bronkhitis), sembelit, ketombe.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daunnya pahit. KANDUNGAN KIMIA : Daun mengandung tanin, metil salisilat, resin, niktantin, dan gula. Bagian bunga mengandung minyak asiri dan zat warna merah yang disebut niktantin. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : Pemberian infus daun srigading 5% dan 10% dan juga infus bunga srigading 0,5% dan 1%, dapat meningkatkan amplitude kontraksi pada otot rahim kelinci terpisah (Saikhu Akhmad Husen, Jurusan Biologi, FMIPA UNAIR, 1987).





Srikaya

(Annona squamosa L.)
Sinonim :
--
Familia :
Annonaceae
Uraian :
Perdu sampai pohon, berumah satu, berkelamin banci, tinggi 2--7, m. Batang gilik, percabangan simpodial, ujung rebah, kulit batang coklat muda. Daun tunggal, berseling, helaian bentuk elips memanjang sampai bentuk lanset, ujung tumpul, sampai meruncing pendek, panjang 6--17 cm, lebar 2,5--7,5 cm, tepi rata, gundul, hijau mengkilat. Bunga tunggal, dalam berkas, 1--2 berhadapan atau di samping daun. Daun kelopak segitiga, waktu kuncup bersambung seperti katup, kecil. Mahkota daun mahkota segitiga, yang terluar berdaging tebal, panjang 2--2,5 cm, putih kekuningan, dengan pangkal yang berongga berubah ungu, daun mahkota yang terdalam sangat keeil atau mereduksi. Dasar bunga bentuk tugu (tinggi). Benang sari berjumlah banyak, putih, kepala sari bentuk topi, penghubung ruang sari melebar, dan menutup ruang sari. Putik banyak, setiap putik tersusun dari 1 daun buah, ungu tua, kepala putik duduk, rekat menjadi satu, mudah rontok. Buah majemuk agregat, berbentuk bulat membengkok di ujung, garis tengah 5--10 cm, permukaan berduri, berlilin, bagian buah dengan ujung yang melengkung, pada waktu masak sedikit atau banyak melepaskan diri satu dengan yang lain, daging buah putih keabuabuan. Biji dalam satu buah agregat banyak hitam mengkilat. Asal usul Amerika tropis. Waktu berbunga Januari -- Desember. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, terutama pada tanah berpasir sampai tanah lempung berpasir dan dengan sistem drainase yang baik pada pH 5,5--7,4. Tumbuhan ini menyukai iklim panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan. Tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim lembab dan panas. Tumbuhan ini tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan pengairan yang cukup. Di Jawa ditanam sebagai tanaman buah. Perbanyakan dapat dengan biji dan pencangkokan. Ditanam dengan jarak tanam 4x3 meter. Kelebatan pertumbuhan dan hasil buah dapat dijaga dengan pengaturan pengairan, pemupukan dan pemangkasan yang baik. Tanaman mulai berbuah pada umur 1--2 tahun dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal tidak dilakukan pemangkasan. Buah lebat dicapai setelah tanaman berumur 3--4 tahun. Pemanenan dilakukan pada saat buah berwarna kekuningan atau sekitar 110--120 hari setelah berbunga. HAMA DAN PENYAKIT Hama yang umum dijumpai adalah kutu dari jenis Planococcus spp., Amblypelta spp. dan Parasa issetia spp. serta Ialat buah Dacus spp. Jenis penyakit yang penting adalah busuk akar yang disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum). Penyakit pada buah adalah kanker hitam (Phomopsis spp), pembusukan (Botryodiplodia spp. dan bercak ungu Phytophthora spp). Namun demikian dapat diatasi dengan penyemprotan yang teratur menggunakan manozeb atau copper oksikhlorid.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya. 7awa: sarikaya, srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja. Kalimantan: sarikaya. Nusa Tenggara: sirkaya, srikaya, garoso, ata. Sulawesi: atis soe walanda, sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya, srikaya. Maluku: atisi, hirikaya, atis. NAMA ASING Pan li zhi (C), custard apple, sugar apple, sweetsop (I), noinaa (T), kaneelappel, attier, pomme canalle, zuckerapfel. NAMA SIMPLISIA Squamosae Semen (biji srikaya), Squamosae Folium (daun srikaya).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT DAN KHASIAT Akar rasanya pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat antiradang, antidepresi. Daun rasanya pahit, kelat, sifatnya sedikit dingin. Berkhasiat astringen, antiradang, peluruh cacing usus (anthelmintik), serta mempercepat pemasakan bisul dan abses. Biji berkhasiat memacu enzim pencernaan, abortivum, anthelmintik, dan pembunuh serangga (insektisida). Kulit kayu berkhasiat astringen dan tonikum. Buah muda dan biji juga berkhasiat antiparasit. EFEK BIOLOGI DAN FARMAKOLOGI Infusa biji buah srikaya berefek larvasida terhadap Aedes aegypti; sedangkan ekstrak biji berefek larvasida terhadap Culex quinquevasciatus, tetapi tidak berpengaruh pada kemampuan bertelur dan daya tetas nyamuk. Ekstrak biji A.squamosa yang larut dalam air pada konsentrasi 1,0%--2,0% dan juga minyak yang diperoleh dari hasil pengepresan langsung biji menyebabkan kematian serangga uji. Isolasi senyawa asetogenin dari ekstrak yang larut dalam metanol biji Annona muricata dan Annona cherimola (Annonaceae) mempunyai aktivitas penting pada infeksi larva Molinema dessetae. Ekstrak daun Annona squamosa mampu membunuh Ascaridia galli, sebaliknya infusa daun Annona squamosa tidak mempunyai kemampuan membunuh Ascaridia galli. Air perasan daun sirsak (Annona muricata) 1:1 dan daun srikaya (Annona squamosa) 1:2 berefek sebagai antifertilitas dan embriotoksik terhadap janin apabila diberikan pada masa mulai kebuntingan sampai selesainya masa organogenesis, tetapi tidak menimbulkan cacat bentuk luar janin (cacat makroskopis). Kekuatan air perasan daun srikaya ternyata bersifat relatif lebih embriotoksik bila dibandingkan dengan air perasan daun sirsak. Daun Annona squamosa mempunyai efek antifertilitas dan embriotoksik pada tikus betina; serta berpengaruh pada daya reproduksi Sitophillus ori zae. Senyawa insektisida yang terdapat dalam biji Annona squamosa mempunyai daya bunuh ektoparasit. Tetrahidroisokinolin mempunyai aktivitas kardiotonik. Higenamin (p--hidroksibenzil6,7--dihidroksi-- 1,2,3,4--tetrahidroisokinolin) berinteraksi dengan adrenoreseptor, menghasilkan aktivitas inotropik positif pada otot jantung. Senyawa poliketida dan bistetrahidrofuran mempunyai efek antitumor . TOKSISITAS Dapat mengiritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjungtivitis dan inflamasi.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Tumbuhan ini pada umumnya mengandung alkaloid tipe asporfin (anonain) dan bisbenziltetrahidroisokinolin (retikulin). Pada organ--organ tumbuhan ditemukan senyawa sianogen. Daun, kulit dan akar mengandung WN. Pulpa buah yang telah masak ditemukan sitrulin, asam aminobutirat, ornitin, arginin. (Pada Annona muricata : prolin, asam aminobutirat). Pada jenis Annona yang lain yaitu pada Annona glabra, Annona muricata ditemukan golongan senyawa polifenol (kuersetin, asam kafeat, leukoantosianidin, asam kumarat). Biji mengandung senyawa poliketida dan suatu senyawa turunan bistetrahidrofuran; asetogenin (skuamostatin C, D, anonain, anonasin A, anonin 1, IV, VI, VIII, IX, XVI, skuarnostatin A, bulatasin, bulatasinon, skuamon, ncoanonin B, neo desasetilurarisin, neo retikulasin A, skuamosten A, asmisin, skuamosin, sanonasin, anonastatin, neoanonin) Penernuan hasil penelitian lain yaitu skuamosisnin A, skuamosin B, C, D, E, F, G, H,1, J, K, L, M, N; skuamostatin B, asam lemak, asam amino dan protein. Komposisi asam lemak penyusun minyak lemak biji Srikaya terdiri dari metil palmitat, metil stearat, metil linoleat. Daun mengandung alkaloid tetrahidro isokinolin, p-hidroksibenzil-6,7-dihidroksi- 1,2,3,4-tetrahidroisokinolin (demetilkoklaurin = higenamin). Bunga mengandung asarn kaur-1 6-ene- 1 9-oat diinformasikan sebagai kornponen aktif bunga srikaya.





Tahi Kotok

(Tagetes erecta L.)
Sinonim :
Familia :
Compositae (Asteraceac)
Uraian :
Herba tahunan, tegak, tinggi 60 - 70 cm. Ditanam pada halaman rumah dan taman-taman sebagai tanaman hias, Lebih menyukai tempat tempat yang terkena sinar matahari, dan lembab. Bunga berbentuk bonggol (flower head), yang dikelilingi daun pelindung. Warna bunga kuning atau orange.

Nama Lokal :
Ades, Afrikaantjes; Wan shou ju (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Infeksi saluran nafas bagian atas, radang mata (Conjunctivitis).; Batuk, Bronkhitis, Sariawan, radang tenggorok, sakit gigi,; Kejang pada anak-anak;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pahit, bau khas, sejuk. Anti radang, mengencerkan dahak, obat batuk. KANDUNGAN KIMIA: Bunga mengandung Tagetiin 0,1 %, terthienyl, helenian 0,74 %, flavoxanthin.





Tanduk Rusa

(Paltycerium coronarium, (Kuning), Desv.)
Sinonim :
=Paltycerium bifurcatum. =P. andidum.
Familia :
Polypodiaceae
Uraian :
Tanduk Rusa (PALTYCERIUM CORONARIUM) termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan ini banyak ditemukan dan dipelihara sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah. Tanduk rusa merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya. Atau mempunyai sifat epifit. Tanduk rusa atau juga di sebagian daerah disebut simbar menjangan selain permukaan daunnya mirip kulit rusa yaitu kasar, daun tanduk rusa menjuntai ke bawah bercabang-cabang menyerupai tanduk binatang rusa yang terbalik. Pada dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau. Tanduk rusa menyukai tempat yang tidak langsung memperoleh sinar matahari. Pengembangbiakannya dilakukan dengan spora atau dengan memindahkan akar rimpangnya.

Nama Lokal :
Daun Tanduk Rusa, Simbar Agung (Indonesia); Simbar Menjangan (Jawa, Bali), Paku Uncal (Sunda);


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, Radang rahim luar, Haid tidak teratur, Bisul, Abses;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Kandungan Kimia yang terdapat pada Tanduk rusa (PALTYCERIUM CORONARIUM) belum diperoleh hasil penelitian yang jelas.





Tapak Dara

(Catharantus roseus (L.) G. Don.)
Sinonim :
Lochnera rosea, Reich. Vinca rosea, Linn. Ammoallis rosea, Small.
Familia :
Apocynaceae
Uraian :
Tapakdara (Catharanthus roseus) banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Tapakdara sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah. Tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm ini, sebenarnya merupakan tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau dipedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tumbuhan Tapakdara : memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunganya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Tapakdara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji.

Nama Lokal :
Perwinkle (Inggris), Chang Chun Hua (Cina); Keminting Cina, Rumput Jalang (Malaysia); Tapak Dara (Indonesia), Kembang Sari Cina (Jawa); Kembang Tembaga Beureum (Sunda);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diabetes, Hipertensi, Leukimia, Asma, Bronkhitis, Demam; Radang Perut, Disentri, Kurang darah, Gondong, Bisul, Borok; Luka Bakar, Luka baru, Bengkak;
Pemanfaatan :
Komposisi :
Dari akar, batang, daun hingga bunga Tapak dara mengandung unsur-unsur zat kimiawi yang bermanfaat untuk pengobatan. Antara lain vinkristin, vinrosidin, vinblastin dan vinleurosin merupakan kandungan komposisi zat alkaloid dari tapakdara.





Tapak Kuda

(Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet)
Sinonim :
= lpomoea biloba, Forsk. = I.brasiliensis, (Linn.), Sweet. = Convolvulus brasiliensis, Linn. = C.pes-caprae, Linn.
Familia :
Convolvulaceae
Uraian :
Tumbuh liar di daerah pantai atau di tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu dan mengandung pasir. Tumbuhan berbatang basah, licin, merambat atau merayap di tanah, warna batang hijau kecoklatan. Daun tunggal, bulat, tebal, licin mengkilat tidak berambut, berbagi di kedua ujung daun, warna hijau, letak tersebar panjang dan lebar daun + 3 cm, tangkai daun panjang sekitar 2 - 3 cm, bila dipatahkan keluar getah warna putih. Bunga warna ungu, bentuk seperti corong/terompet.

Nama Lokal :
Katang-katang, tang katang, daun katang, alere, leleri, ; dalere, batata pantai, tapak kuda, andah arana, daredei; watata-ruruan, dolodoi, tilalade, mari-mari, wedor, tati raui,; ngemir ngamir, loloro, bulalingo, Ialere, wedule; Ma an teng (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Reumatik, Sakit otot/pegal-pegal (myalgia), Wasir, Sakit gigi; Pembengkakan gusi;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pedas sedikit pahit, hangat. Anti rheumatic, anti radang (anti inflammasi), anti bengkak (anti swelling). KANDUNGAN KIMIA: Daun mengandung behenic acid, melissic acid, myristic acid. Daun kering mengandung antistine (antihistamin/anti alergi).






Tapak Liman

(Elephantopus scaber L.)
Sinonim :
= Asterocephalus cochinchinensis, Spreng. = Scabiosa cochinchinensis, Lour.
Familia :
Compositae (Asteraceae)
Uraian :
Tumbuh liar di lapangan rumput, pematang, kadang-kadang ditemukan dalam jumlah banyak, terdapat di dataran rendah sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Terna tahunan, tegak, berambut, dengan akar yang besar, tinggi 10 cm - 80 cm, batang kaku berambut panjang dan rapat, bercabang dan beralur. Daun tunggal berkumpul di bawah membentuk roset, berbulu, bentuk daun jorong, bundar telur memanjang, tepi melekuk dan bergerigi tumpul. Panjang daun 10 cm - 18 cm, lebar 3 cm - 5 cm. Daun pada percabangan jarang dan kecil, dengan panjang 3 cm - 9 cm, lebar 1 cm - 3 cm. Bunga bentuk bonggol, banyak, warna ungu. Buah berupa buah longkah. Masih satu marga tetapi dari jenis lain, yaitu Elephantopus tomentosa L., mempunyai bunga wama putih, bentuk daun bulat telur agak licin, mempunyai efek therapy yang sama, tapi khasiat penurun panas dan anti radang kurang poten. Lebih sering digunakan pada rheumatic dan anti kanker.

Nama Lokal :
Tapak liman (Indonesia), Tutup bumi (Sumatera); Balagaduk, jukut cancang, tapak liman (Sunda),; Tampak liman, tapak tangan, talpak tana (Madura),; Ku di dan (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Influenza, demam, Amandel, Radang tenggorokan, Radang mata; Dysentery, diare, gigitan ular, Batuk, Sakit kuning, Busung air; Radang ginjal, Bisul, Kurang darah, radang rahim, Keputihan;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS, Rasa pahit, pedas, sejuk. Penurun panas, Antibiotik, anti radang, peluruh air seni, menghilangkan pembengkakan, menetralkan racun. KANDUNGAN KIMIA: Daun: Epifriedelinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetate, deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin, Bunga: Luteolin-7-glucoside.





Tasbeh

(Canna indica L.)
Sinonim :
C. orientalis Rosc., C. patens Roscoe, C. coccinea Mill.
Familia :
Cannaceae
Uraian :
Tasbeh tumbuh liar di hutan dan pegunungan. Seringkali ditemukan sebagai tanaman hias di pekarangan atau di taman-taman. Tasbeh atau sering disebut bunga kana berasal dari Amerika tropis dan bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Tumbuh subur di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari. Terna tahunan ini tumbuh tegak dengan tinggi mencapai dua meter, mempunyai rimpang tebal seperti umbi. Daun tunggal, bulat telur memanjang, bertangkai pendek menjadi pelepah, ujung dan pangkal runcing, menyirip jelas, warnanya hijau atau merah tengguli, berlilin, panjang 25--70 cm, lebar 8--21 cm. Bunga majemuk, muncul terminal, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, mahkota bunga besar dengan warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan dadu. Buah berupa buah kotak, bentuk bola, dinding buah kasar, biji 3--5, bulat, keras. Perbanyakan dengan pemisahari anakan yang tumbuh di sekitar induk.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: hosbe (Batak), ganyong hutan (Melayu). Jawa: ganyong wana, g. alas, sebe, sebeh, tasbeh, ganyol leuweung (Sunda), kembang gedang, puspa midra, p. nyidra (Jawa), tasbhi (Madura). Nusa Tenggara: milu-milu (Bali). Sulawesi: kela, kontas, tuis im tasic, totombe, wuro (Minahasa), bunga tasebe (Makasar & Bugis). Maluku: tasupe (Ternate). NAMA ASING Mei ren jiao, feng wei hua (C). NAMA SIMPLISIA Cannae indicae Rhizoma (rimpang tasbeh), Cannae indicae Flos (bunga tasbeh).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rimpang rasanya manis, sifatnya sejuk. Berkhasiat penyejuk, pereda demam (antipiretik), peluruh kencing (diuretik), penenang (tranquilizer), dan menurunkan tekanan darah (hipotensif). Bunga berkhasiat hemostatis. EFEK FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN Pada percobaan binatang, rimpang tasbeh berkhasiat: hepatoprotektor (melindungi sel hati dari kerusakan) terhadap zat hepatotoksik (karbon tetraklorida), kolagoga dan koleretik, yaitu meningkatkan aliran empedu dan meningkatkan pembuangan bilirubin, relaksan pada otot saluran cerna, hipotensif, tidak beracun. Pemberian langsung ke dalam lambung tikus dengan dosis 400 g simplisia/ kgBB (200 kali dosis klinis) tidak memperlihatkan tanda-tanda keracunan. Selain itu, pemberian dosis yang sama secara suntikan intraperitoneal tidak menyebabkan kematian dalam 24 jam. Pemberian intragastrik cairan herba ini dengan perbandingan 1:2 dan 1:5 selama empat minggu juga tidak menampakkan perubahan signifikan pada berat badan, aktivitas, hemoglobin, leukosit, hitung jenis (differential count), fungsi hati dan ginjal, serta gambaran histologis dari jantung, hati, ginjal, limpa, otak, kelenjar adrenal, dan duodenum, dibandingkan hewan kontrol.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang mengandung 6 substansi fenol, 2 terpene, 4 koumarin, pati, glukosa, lemak, alkaloid, dan getah. Daun mengandung tanin dan sulfur.





Tebu

(Sacharum officinarum, Linn.)
Sinonim :
Familia :
Peaceae
Uraian :
Gula putih adalah salah satu hasil dari pengolahan batang tumbuhan tebu (Sacharum officinarum). Tebu termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada daerah TEBU (Sacharum offlcinarum, Linn.) yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia terdapat beberapa jenis tebu, di antaranya tebu (Cirebon) hitam, tebu kasur, POJ 100, POJ 2364, EK 28, POJ 2878. Setiap jenis tebu memiliki ukuran batang serta warna yang berlainan. Tebu termasuk tumbuhan berbiji tunggal. Tinggi turnbuhan tebu berkisar 2-4 meter. Batang pohon tebu terdiri dari banyak ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh buku-buku sebagai tempat duduknya daun. Bentuk daun tebu berwujud belaian dengan pelepah. Panjang daun dapat mencapai panjang 1-2 meter dan lebar 4-8 centimeter dengan permukaan kasar dan berbulu. Bunga tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk m,-t 1 ai di puneak sebuah poros gelagah. Sedang akarnya berbentuk serabut.

Nama Lokal :
Sugar cane (Inggris), Tebu (Indonesia), Tebu,Rosan (Jawa); Tiwu (Sunda), Tebhu (Madura), Tebu, Isepan (Bali),; Teubee (Aceh), Tewu (Nias, Flores), Atihu (Ambon); Tebu (Lampung), Tepu (Timor);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Meredakan Jantung berdebar, Sakit panas, Batuk;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Batang tebu (Sacharum officinarum) mengandung air gula yang berkadar sampai 20%.





Teh

(Camellia sinensis [L.] Kuntze)
Sinonim :
= Camellia bohea, Griff. = C. sinensis, (Linn.), O.K. = C. theifera, Dyer. = Thea sinensis, Linn. = T. assamica, Mast. = T. cochinchinensis, Lour. = T. cantoniensis, Lour. = T. chinensis, Sims. = T. viridis, Linn.
Familia :
Theaceae
Uraian :
Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu var. assamica yang berasal dari Assam dan var. sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5 - 10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6 - 18 cm, lebar 2 - 6 cm, warnanya hijau, permukaan mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3 - 4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1 - 3. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan.

Nama Lokal :
Enteh (Sunda).; Pu erh cha (China), theler (Perancis), teestrauch (Jerman),; Te (Itali), cha da India (Portugis), tea (Inggris).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit kepala, diare, penyubur dan menghitamkan rambut,; Kolesterol dan trigliserida darah tinggi, infeksi saluran cerna,; Kencing manis (diabetes melitus), mengurangi karang gigi.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daun berbau aromatik dan sedikit pahit. KANDUNGAN KIMIA : Daun mengandung kafein (2 - 3%), theobromin, theofilin, tanin, xan-thine, adenine minyak asiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Tanin mengandung zat epigallocatechin galat, yang mampu mencegah kanker lambung dan kerongkongan. Setiap 100 g daun teh mempunyai kalori 17 kJ dan mengandung 75 - 80% air, polifenol 25%, protein 20%, karbohidrall, 4%, kafein 2,5 - 4,5%, serat 27%, dan pektin 6%. Biji mengandung saponin yang beracun dan mengandung minyak. Kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada susunan saraf pusat dan aktivitas jantung. Theofilin efek diuretik kuat, menstirnulir kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Theobromin terutama mempengaruhi otot. Dari hasil penelitian, flavonoid yang merupakan antloksidan polifenol pada teh mampu mernperkuat dinding sel darah merah dan mengatur permeabilitasnya, mengurangi kecenderungan trombosis, dan menghambat oksidasi LDL sehingga mengurangi terjadinya proses atherosklerosis di pembuluh darah yang selanjutnya akan mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 10 x dosis manusia (0,54 g 1200 gbb) pada tikus putih jantan yang diberi kuning telur (1,25 g/200 g bb/hari) dan sukrosa (1,25 g / 200 g bb / hari), memperlihatkan efek penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan berat badan yang ben-nakna dibandingkan dengan kontrol perlauan (p<0,05), namun tidak menunjukkan perbedaan kadar kolesterol HDL yang bermakna (Edwin Dirghantara, Jurusan Farmasi FMIPA Ul, 1994). 2. Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 25 x dosis manusia (1,35 g/200 g bb) yang diberikan per oral pada tikus normal yang diberi diet glukosa memperlihatkan efek hipoglikemik pada 1/2 jam dan 1 jam setelah perlakuan. Sebagai pembanding dipakai tolbutamid (Aji Sutarmaji, Jurusan Fan-nasi FMIPA Ul, 1994). 3. Pemberian infus daun teh 2,5% - l ml dan 5% - l ml pada usus halus kelinci terpisah ada perbedaan frekuensi dan amplitude secara bermakna dibanding kontrol. Konsentrasi yang rneningkat, perbedaan semakin bermakna (Endyah Liestyartic, Jurusan Biologi FMIPA UNAIR, 1986).





Tembelekan

(Lantana camara Linn.)
Sinonim :
= Lantana aculeata = L. antillana Rafin = L. mutabilis Salisb. = L. polyacanthus SCH. = L.scabrida Soland = L.viburnoides, Blanco.
Familia :
Verbenaceae
Uraian :
Perdu tegak atau setengah merambat, bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri tinggi + 2 m. Terdapat sampai 1.700 m di atas permukaan laut, di tempat panas, banyak dipakai sebagai tanaman pagar, bau khas. Daun tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilat bila sudah matang.

Nama Lokal :
Kembang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok,; cente (Sunda) kembang telek, obio, puyengan, tembelek,; tembelekan, teterapan (jawa), kamanco, mainco,; tamanjho (Madura), Bunga pagar, kayu singapur, lai ayam; (Sumatera); Wu se mei (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Influenza, TBC, reumatik, keputihan, Batuk darah, Sakit kulit; Bisul, bengkak, gatal-gatal, panas tinggi, Asma, Memar;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Akar: Rasa manis, sejuk. Penurun panas, penawar racun (antitoxic), penghilang sakit. Daun: rasa pahit, sejuk, berbau, agak beracun (toxic). Menghilangkan gatal (anti pruritus), antitoxic, menghilangkan pembengkakan. (anti-swelling). Bunga: Rasa manis, sejuk, penghenti perdarahan (hemostatik). KANDUNGAN KIMIA: Daun: Lantadene A (0,31-0,68%), lantadene B (0,2%), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung minyak menguap 0,16 - 0,2%), Beta-caryophyllene, gamma-terpidene, alpha-pinene, p-cymene.





Tempuyung

(Sonchus arvensis L.)
Sinonim :
Familia :
Asteraccae (Compositac)
Uraian :
Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.

Nama Lokal :
Jombang, j. lalakina, galibug, lempung, rayana (Sunda).; Tempuyung (Jawa).; Niu she tou (China), laitron des champs (Perancis).; Sow thistle (Inggris).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik goat,; Radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul; Beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), luka bakar,; Pendengaran kurang (tuli), memar.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Tempuyung rasanya pahit dan dingin. KANDUNGAN KIMIA : Tempuyung mengandung oc-laktuserol, P-laktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan taraksasterol. EFEK FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN : 1. Penelitian pengaruh ekstrak air dan ekstrak alkohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan batu ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. daun tempuyung tidak secara jelas mempunyai efek diuretik, namun mempunyai daya melarutkan batu ginjal. b. daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik daripada ekstrak alkohol (Giri Hardiyatmo, Fak. Farmasi UGM, 1988). 2. Praperlakuan flavonoid fraksi etil asetat daun tempuyung mampu menghambat hepatotoksisitas karbon tetrakiorida (CCL 4) yang diberikan pada mencit jantan (Atiek Liestyaningsih, Fak. Farmasi UGM, 1991).






Temu Hitam

(Curcuma aeruginosa Roxb.)
Sinonim :
--
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina, dan menyebar sampai ke Pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400--750 m dpl. Terna tahunan ini mempunyai tinggi 1--2 m, berbatang -semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, 2--9 helai. Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua dengan sisi kiri - kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayung, panjang 31--84 cm, lebar 10--18 cm. Bunganya bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20--25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar, pangkal daun pelindung berwarna putih, ujung daun pelindung berwarna ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang. Rimpang juga bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah, tampak lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu hitam mempunyai aroma yang khas. Perbanyakan dengan rimpang yang sudah cukup tua atau pemisahan rumpun.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: temu erang, t. itam (Melayu). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa). Nusa Tenggara: temo ereng (Madura), temu ireng (Bali). Sulawesi: tamu leteng (Makasar), temu lotong (Bugis). NAMA asing Ezhu (C). NAMA SIMPLISIA Curcumae aeruginosae Rhizoma (rimpang temu hitam).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rimpang rasanya pahit, tajam, dan sifatnya dingin. Berkhasiat peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak, meningkatkan nafsu makan (stomakik), anthelmintik, dan pembersih darah setelah melahirkan atau setelah haid. EFEK FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN Hasil penelitian pengaruh perasan rimpang temu hitam terhadap cacing askaris babi in vitro dan kontraksi usus halus (jejunum) marmut terpisah in vitro seperti berikut. Perasan rimpang dapat membunuh askaris babi seperti piperasin sitrat. Beningan rimpang dapat menekan amplitudo kontraksi spontan usus kelinci (FX.S.Dirdjosudjono, Taroeno, Sudjiman, dkk., Bagian Farmakologi, FKH dan Bagian Farmakologi Farmasi, FF UGM). Berdasarkan penelitian daya membunuh cacing (anthelmintik) rimpang temu hitam pada cacing askaris babi secara in vitro, ternyata daya anthelmintik minyak asirinya paling kuat dibandingkan dengan perasan ataupun infus temu hitam (Taroeno, Kun Sumardiyah S., dan Sugiyanto, Bagian Biologi Farmasi, FF UGM). Telah dilakukan penelitian daya antelmintik rebusan rimpang temu hitam terhadap Ascaridia galli in vitro. Ternyata, rebusan irisan temu hitam dapat mematikan cacing dalam waktu 7--17 jam, sediaan rebusan parutan dalam waktu 11--20 jam, dan sediaan serbuk dalam waktu 11--25 jam. Kandungan minyak asiri terbesar pada sediaan irisan (Endah Eny Riayati, Fakultas Farmasi UGM, 1989. Pembimbing: Drs. Sudarto, Apt. dan Dra. Sri Sumarni, SU). Kadar minyak asiri maksimum terdapat pada waktu rimpang belum bertunas dan mengeluarkan batang/ daun. Kadar minyak asiri yang tumbuh di Hortus Medicus Tawangmangu selama tumbuh berkisar 0,25%-0,50% (A. Indrawati, Supardi, Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM, 1979).
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang temu hitam mengandung minyak asiri, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, a, ß, g-elemene, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin.





Temu Kunci

(Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter.)
Sinonim :
--
Familia :
Uraian :
Perawakan:herba rendah, merayap di dalam tanah, satu tahun 0,3-0,9 cm. Batang: batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, 5-30 x 0,5-2 cm, batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun: umumnya berdaun sebanyak 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun: tangkai daun beralur, tidak berambut, panjang 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk . segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daun tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebar 5-11 cm. Bunga: susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 411 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak: 3 buah lepas, runcing. Mahkota: 3 buah daun mahkota, merah muda atau kuning-putih, tabung 50-52 mm., bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sari: 1 fertil besar, kepala sari bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, 25x7 cm. Putik: bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang. Asal-usul: Tropis dataran rendah, Waktu berbunga : Januari- Februari, April-Juni. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau "becek" pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk). Dibudidayakan di tanah berkapur bergerombol. Perbanyakan: dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas); penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm. Pemanenan dilakukan setelah berumur 1 tahun. Setelah dilakukan pemanenan:, dilakukan sortasi dan dicuci, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil /tipis dan dikeringkan di tempat teduh dengan aliran udara yang baik. Untuk jumlah kecil disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya (sebagai penyerap lembab udara dapat dengan "charcoal"= karbon aktif)''.

Nama Lokal :
NAMA ASING:

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans ; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan Infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek menggugurkan, resorpsi dan berpengaruh pada berat j anin tikus. Ekstrak rimpang-yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa). Toksisitas Praktis tidak toksik
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang 1,2% minyak atsiri (rimpang segar 0,06% - 0,32% minyak atsiri); komponen utama minyak atsiri terdiri dari monoterpen, seskuiterpen, turunan fenilpropana antara lain: geranial, neral, kamfora, zingiberen, d-pinen, kamfen, 1,8-sineol (eukaliptol), d-borneol, geraniol, osimen, dimetoksi-4(2-propenil), miristin, linalil propanoat, asam sinamat, kamfen hidrat, propenil guaikol, dihidrokarveol, linalool; etil-sinamat, etil pmetoksi sinamat, panduratin A. - Asam kavisinat -flavonoid: pinosembrin (2,3-dihidrokrisin), 2',6'dihidroksi-4'-metoksi kalkon, pinostrobin (5hidroksi-7-metoksi flavanon), alpinetin, kardamomin, 2',4'-dihidroksi-6'-metoksi kalkon, boesenbergin A, 5,7-dimetoksiflavon. Pada jenis tumbuhan dengan: rimpang berwarna merah: pinostrobin, boesenbergin A, panduratin rimpang berwarna putih : 0,36% krotepoksid rimpang berwarna hitam: pinostrobin, 5,dimetoksi-flavon, 5-hidroksi-7-metoksi-flavon dan 5-hidroksi-7,4'-dimetoksiflavon, 5,7,3',4'tetrametoksiflavon; kaemferol-3,7,4'-trimetil eter; kuersetin-3,7,3',4-tetrametil eter.





Temu Putih

(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
Sinonim :
--
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Herba setahun, dapat lebih dari 2 m. Batang sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan aromatilc. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer, tangkai berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3-8 x l,5-3,5cm. Kelopak 3 daun, putih atau kekuningan, bagian tengah merah atau coklat kemerahan, 3 -4 cm. Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir bibiran membulat atau bulat telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3 5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm. Buah: berambut, rata-rata 2 cm. Waktu berbunga Agustus - Mei. Tumbuh di daerah tropis, 750 m dpI di Jawa dibudidayakan sebagai tanaman obat, di bawah naungan. Produksi terpenoid pada kultur organ Curcuma zeodaria relatif lebih banyak bila dibandingkan kultur kalus. Diferensiasi sel dapat menginduksi biosintesis terpenoid.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: -- NAMA ASING: -- NAMA SIMPLISIA: Zedoariae Rhizoma; rimpang temu putih

Penyakit Yang Dapat Diobati :
EFEK BIOLOGI DAN FARMAKOLOGI Minyak atsiri Curcuma zedoaria dapat menghambat pembentukan radang pada tikus putih galur Wistar, pada dosis 800 mg/kg BB. Infusa temu putih berefek hepatoprotektif pada tikus terisolasi. Infusa temu putih sejumlah 0,0 1 mg/ml, 05 1 mg/ml dan 1 mg/ml dapat menekan rembesan enzim GPT ke media suspensi hepatosit tikus terisolasi yang disebabkan oleh hidrazin 1 MM. Seduhan serbuk rimpang dengan kisaran dosis 15,75- 126 mg/kg BB dapat meningkatkan regenerasi sel hati tikus yang terangsang galaktosamina. Perasan rimpang pada dosis 7,87, 1,97; 0,49 mg/kgBB berefek hepatoprotektif dan mempercepat regenerasi sel hepar tikus terangsang karbontetraklorida WC14). Potensi hepatoregeneratif perasan rimpang pada tikus terangsang CCl4 terbesar pada dosis 1,97 mg/kgBB . TOKSISITAS Potensi ketoksikan akut salah satu sediaan serbuk runpang yang beredar di pasaran (LD50 semu) lebih besar dari 2375 mg/kgBB.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang mengandung zat wama kuning kurkumin (diarilheptanoid). Kornponen minyak atsiri dari rimpang Cucrcuma zedoaria terdiri dari: turunan Guaian (Kurkumol, Kurkumenol, Isokurkumenol, Prokurkumenol, Kurkurnadiol), turunan Germakran (Kurdion, Dehidrokurdion); Seskuiterpen furanoid dengan kerangka eudesman (Kurkolon). Kerangka Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon, Furanodien, Furanogermenon); kerangka Eleman (Kurserenon identik dengan edoaron, Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat (bersifat fungiStatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A, kurleumanolid B, dan kurkumenon.'0)






Temu Putri

(Kaempferia rotunda L.)
Sinonim :
--
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Perawakan: herba, tinggi sampai 0,65 m. Batang berupa rimpang bercabang, pendek, sangat kuat, aromatik, warna putih kekuningan, batang semu kokoh, merah kecoklatan, minimal 25 cm. Daun: tunggal, berpelepah, 3-5, tegak, helaian; bentuk bulat memanjang lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, runcing, tumpul, daging daun tebal dan lunak, permukaan atas daun gundul, permukaan bawah berambut sangat pendek, warna permukaan atas hijau dan sering seperti terbakar, permukaan bawah ungu gelap, panjang helaian daun 10 - 30 cm, lebar 4 - 10 cm, tangkai daun besar, sampai 4 cm, lidah-lidah daun (ligula) kira-kira 4 mm, upih (pelepah) daun berambut, panjang 7 - 24 cm. Bunga : susunan majemuk tandan, 4 - 16 bunga, biasanya 1 - 2 bunga mekar bersamaan pada waktu yang bersamaan; ibu tangkai bunga majemuk berkembang baik, ujungnya berbentuk cakram; daun pelindung bunga, bertoreh dalam 1,5 cm. Kelop :3, ujungnya bergigi 3, berwarna kehijauan atau putih, panjang 3-7 cm. Mahkota: 3, berbentuk tabung (panjang tabung 3,5 - 7 cm), warna mahkota bunga putih dengan garis titik-titik, berbau harum. Benang sari: steril / mandul berbentuk elip sampai bentuk garis, agak tumpul, berujung deri atau tidak, warna putih atau ungu, berurat, panjang 3,5 - 5 cm, lebar 1 - 1,75 cm, membentuk bibir (labellum) seperti jantung terbalik, bercangap atau berbagi dalam, panjang 4 - 7 cm, lebar 3 - 4 cm; masing-masing benang sari mandul berwarna kekuning-kuningan dengan garis titik-titik putih mengikuti urat-uratnya, selain itu bangunan bibir berwarna ungu. Benang sari; fertil 1 buah, panjangnya 0,8 - 2,5 cm; tangkai benang sari lebar; alat tambahan apikal dari penghubung ruang sari berlekuk 2 - 4, panjang 5 – 10 mm. Buah tidak diketahui. Waktu berbunga April, September-Nopember. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Di Jawa tumbuh di daerah dengan ketinggian 20 - 500 m dpl. (750 m dpl.), Ditempat yang agak lembab dan teduh, sebagai tumbuhan liar atau tumbuh menjadi liar di hutan jati, belukar, hutan basah, padang rumput. Kaempferia rotunda L., sering ditanam sebagai tanaman hias, karena bentuknya yang indah, terdiri dari dua fase pertumbuhan, pertama petumbuhan normal dengan daun, pelepah dan berbatang semu, tanpa bunga. Daun berbentuk jorong, sisi atas hijau berbelang-belang coklat; tangkai daun melebar. Fase kedua adalah keluarnya bunga di atas batang semu yang amat pendek, daun-daun Kaempferia rotunda kelihatan menempel pada permukaan tanah, hingga mirip kencur. Bunga terdiri dari beberapa kuntum yang satu atau dua di antaranya mekar bersama. Kelompok bunga berwarna putih dengan mahkota bergaris-garis, bau harum, rimpangnya pendek, menggerombol, juga berbau aromatis. Akarnya berdaging membentuk umbi sebesar telur burung puyuh.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: -- NAMA ASING: -- NAMA SIMPLISIA: --

Penyakit Yang Dapat Diobati :
EFEK BIOLOGI DAN FARMAKOLOGI Pemberian 25 mg/5ml ekstrak yang larut dalam pertoleum eter secara in vitro dapat berefek pada penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans; di samping itu dapat pula membunuh Callosobruchus chinensis yang hidup di daerah tropik.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang Kaempferia rotunda mengandung 0,22 % minyak atsirl yang terdiri dari 5 senyawa utama piperiton, p-simen-8-ol, verbenon, kariofilen, kariofilenoksida, dan 3 senyawa minor, serta krotepoksida. Pengujian terhadap Kaempferia rotunda juga menunjukkan komposisi abu 3,5%; serat kasar 8,7%, lemak 18,3 %; protein 10,7 %; dan pati 62,9%.






Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza, Roxb.)
Sinonim :
Familia :
Zingiberanceae
Uraian :
Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutaama pada tanah gembur, sehingga buaah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut.

Nama Lokal :
Temulawak, Temu putih (Indonesia), Temulawak (Jawa); Koneng Gede (Sunda), Temulabak (Madura);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit limpa, Sakit ginjal, Sakit pinggang, Asma, Sakit kepala; Masuk angin, Maag, Sakit perut, Produksi ASI, Nafsu makan; Sembelit, Sakit cangkrang, Cacar air, Sariawan, Jerawat;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).






Teratai

(Nelumbium nelumbo Druce)
Sinonim :
= Nelumbiurn nuciferum, Gaertn. = N. speciosum, Wilid. = Nelumbo nucifera, Gaertn. = Nyrnphaea nelumbo, Linn.
Familia :
Nymphaeaceae
Uraian :
Tanaman air menahun yang indah, asli dari daratan Asia. Teratai dibudidayakan di perairan dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Tanaman air yang tumbuh tegak. Rimpang tebal bersisik, tumbuh menjalar. Daun dan bunga keluar langsung dari rimpangnya yang terikat pada lumpur di dasar kolam. Helaian daun lebar dan bulat, disangga oleh tangkai yang panjang dan bulat berdiameter 0,5-1 cm, panjangnya 75-150 cm. Daun menyembul ke atas permukaan air, menjulang tegak seperti perisai. Permukaan daun berlilin; warnanya hijau keputihan, tepi rata, bagian tengah agak mencekung, tulang daun tersebar dari pusat daun ke arah tepi, diameter 30-50 cm. Bunganya harum, tumbuh menjulang di atas permukaan air dengan tangkai bulat panjang dan kokoh, panjang tangkai bunga 75-200 cm. Diameter bunga 15-25 cm, benang sari banyak kepala sari kuning, mahkota bunga lebar, ada yang engkel dan ada yang dobel dengan warna merah jambu, putih dan kuning. Bunga mekar sehari penuh dari pagi sampai sore hari. Setelah layu, mahkota bunga berguguran sampai akhirnya tersisa dasar bunga yang akan menjadi bakal buah, bentuknya seperti kerucut terbalik dengan permukaan datar semacam spons dan berlubang-lubang berisi 15-30 biji, warnanya hijau kekuningan, kemudian hijau dan akhirnya coklat hitam, garis tengah 6-11 cm. Biji bentuknya bulat seperti kacang tanah, terdapat dalam lubang-lubang buah yang berbentuk seperti sarang tawon. Biji yang sudah tua warnanya hijau kehitaman, umurnya kira-kira 1 bulan sejak bunganya mekar. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan. Pemeluk agama Budha menganggap bunga ini sebagai lambang kesucian, tercermin dalam berbagai lukisan dan patung yang menggambarkan Sang Budha sedang duduk bersemedi di atas bunga teratai.

Nama Lokal :
Padma, seroia, terate, tarate, taratai besar.;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diare, disentri, keputihan, kanker nasopharynx, demam, insomnia; Hipertensi, muntah darah, mimisan, batuk darah, sakit jantung; Beri-beri, sakit kepala, berak dan kencing darah, anemia, ejakulasi;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Biji: Memelihara kondisi jantung, bermanfaat bagi ginjal dan menguatkan limpa. Tunas biji teratai: Menghilangkan panas dalam di jantung, menurunkan panas, menghentikan perdarahan, menahan ejakulasi dini. Kulit biji teratai: Menghentikan perdarahan, Menghilangkan panas dalam di lambung, mengeluarkan panas dan lembab dari usus. Benangsari (kumis bunga teratai): Menghilangkan panas dari jantung, menguatkan fungsi ginjal, menahan ejakulasi dini dan menghentikan perdarahan. Penyangga bunga: Membuyarkan darah beku, menghentikan perdarahan, menolak lembab. Batang teratai (tangkai daun, tangkai bunga): Menurunkan panas dan memperlancar kencing. Daun: Membersihkan panas dan menghilangkan lembab, menaikkan yang jernih, menghentikan perdarahan. Dasar daun: Menurunkan panas dan menghilangkan lembab, menormalkan menstruasi, menguatkan kehamilan. Rimpang: Dimakan mentah berkhasiat menurunkan panas, mendinginkan darah yang panas dan membuyarkan darah beku. Bila dimasak, berkhasiat menguatkan limpa, menambah selera makan, penambah darah, membantu pertumbuhan otot dan menyembuhkan diare. Akar: Menghentikan perdarahan, membuyarkan darah beku, penenang. Tepung rimpang: Menghentikan perdarahan, menambah darah, mengatur fungsi ginjal dan limpa. KANDUNGAN KIMIA: Bunga: Quercetin, luteolin, isoquercitrin, kaempferol. Benangsari: Quercetin, luteolin, isoquercitrin, galuteolin, juga terdapat alkaloid. Penyangga bunga (reseptacle): Protein, lemak, karbohidrat, caroten, asam nikotinat, vitamin B1, B2, C dan sedikit mengandung nelumbine. Biji: Kaya akan pati, juga mengandung raffinose, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor dan besi. Kulit biji teratai mengandung nuciferine, oxoushinsunine, N- norarmepavine. Tunas biji teratai: Liensinine, isoliensinine, neferine, nuciferine, pronuciferine, lotusine, methylcorypalline, demethylcoclaurine, galuteolin, hyperin, rutin. Rimpang: Pati, protein, asparagine, vitamin C. Selain itu juga mengandung catechol, d-gallocatechol, neochlorogenic acid, leucocyanidin, leucodelphinidin, peroxidase, dll. Akar: Zat tannic dan asparagine. Daun: Roemerine, nuciferine, nornuciferine, armepavine, pronuciferine, N-nornuciferine, D-N-methylcoclaurine, anonaine, liriodenine, quercetin, isoquercitrin, nelumboside, citric acid, tartaric acid, malic acid, gluconic acid, oxalic acid, succinic acid, zat tannic, dll. Dasar daun teratai: Roemerine, nuciferine dan nornuciferine. Tangkai daun: Roemerine, nornuciferine, resin dan zat tannic. Oxoushinsunine yang terdapat pada kulit biji teratai berkhasiat menekan perkembangan kanker hidung dan tenggorokan, sedangkan biji dan tangkai teratai berkhasiat anti hipertensi.





Teratai Kerdil

(Nymphaea tetragona Georgi)
Sinonim :
Familia :
Nymphaeaceae
Uraian :
Jenis teratai ini tersebar di benua Asia, Amerika, daratan China, Korea, Jepang dan Indonesia. Tetarai kerdil tergolong dalam Nymphaea alba L. Tanaman air atau rawa, tumbuh liar pada genangan air yang dangkal atau dipelihara di kolam-kolam sebagai hiasan. Daun dan bunga keluar dari akar rimpang di dasar lumpur, yang tumbuh ke atas pada permukaan air. Daun mengapung pada permukaan air, sedang bunga pada air yang dangkal akan muncul di atas permukaan air. Helaian daun bangun perisai, tepi bergerigi, bagian pangkal bercangap sempit dan dalam, warnanya hijau. Bunga mekar selama 4 jam saja. Daun mahkota warnanya ungu.

Nama Lokal :
Tunjung;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hipertensi, kejang kronis pada anak, kecanduan alkohol;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Menurunkan panas, mengaktifkan fungsi limpa. KANDUNGAN KIMIA: Akar dan daun mengandung asam amino dan alkaloid.










Tidak ada komentar: