Rabu, Februari 23



Kembang Sepatu Sungsang

(Hibiscus schizopetalus (Mast.) Hook. f.)
Sinonim :
Familia :
Myrtaceae
Uraian :
Kembang sepatu yang satu ini tidak termasuk Hibiscus rosa-Sinensis, karena berbagai macam perbedaan bentuk bunga dan daunnya. Tanaman ini umumnya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, atau sebagai tanaman pagar di pedesaan. Menurut kepustakaan, tanaman ini pada tahun 1901 dimasukkan ke Taiwan. Asalnya, mungkin dari Afrika tropis. Perdu tegak, tinggi 2-4 m, cabang bagian atas umumnya menggantung, Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, panjang 2-12 cm, lebar 1-7,5 cm, tumbuh berjejal diujung ranting. Bunga berdiri sendiri, keluar dari ketiak daun, letaknya tergantung ke bawah dengan tangkai yang panjangnya 8-16 cm, mahkota bunga malekuk ke atas. Mahkota bunga bentuknya khas, bercangap menyirip rangkap dengan taju sempit, berkesan compang-camping, warnanya merah cerah dengan pangkal lebih tua. Tabung benang sari lemas, panjangnya 8-9 cm. Bakal buah beruang lima. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.

Nama Lokal :
Kembang Sepatu, kembang wora-wari, kembang lampu; Kembang enting-enting;


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Bisul, Abses;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Menghilangkan pembengkakan, anti radang, megeluarkan nanah dan menumbuhkan sel-sel baru.




Kembang Sore

(Abutilon indicum (L.) Sweet)
Sinonim :
= Sida indicum, Linn.
Familia :
Malvaceae
Uraian :
Tanaman ini dapat ditemukan dari 1-400 m dpl. Menyukai tempat terbuka seperti di hutan, semak, tanah kosong yang terlantar, kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias. Perdu tegak berumur panjang, tinggi 0,5-3 rn, pangkalnya kerapkali berkayu dengan ranting yang keluar dari bawah, berambut pendek dan rapat. Daun letak berseling, bertangkai panjang, bentuknya seperti jantung dengan ujung runcing, tepi bergerigi atau beringgit kasar, tulang daun menjari, panjang 3-11 cm, lebar 2,5-7 cm. Bunga tunggal dengan 5 daun mahkota berwarna kuning, diameter 2-2,5 cm, bertangkai yang panjangnya 2-6 cm, keluar dari ketiak daun dan mekar setelah tengah hari. Buah bentuknya seperti bola tertekan dengan tinggi 1,5 cm, penampang 2,5 cm, terdiri dari 15-20 celah yang berisi 3 buah biji berbentuk ginjal. Herba ini merupakan tanaman yang menghasilkan serat berwarna putih. Perbanyakan dengan biji.

Nama Lokal :
Cemplok (Jawa), Barulau, belalang sumpa (Palembang); Jeuleupa (Aceh), Kembang sore kecil (Maluku),; Gandera ma cupa (Ternate);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Wasir, Bisul, Sakit Telinga, TB Paru (Bronkhitis), Kencing batu; Reumatik, Cacing keremi, sakit gigi, gusi bengkak, Demam, Diare; Kaligata, gondongan, Batuk, Sembelit, Kencing nanah;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Manis, tawar, netral. Membersihkan panas dan lembab di dalam tubuh (antipiretik), melancarkan peredaran darah, anti radang, peluruh dahak dan peluruh kencing (diuretik). Daun: Manis, kelat, hangat. Akar: Manis, tawar, sejuk. Peluruh kencing, menenangkan organ paru (pulmonary sedative), masuk kedalam meridian ginjal. Biji: Peluruh kencing, laksans, peluruh dahak, aphrodisiak. KANDUNGAN KIMIA: Asam amino, asam organik, zat gula dan flavonoid yang terdiri dari gossypin, gossypitrin dan cyanidin-3-rutinoside. Biji mengandung minyak raffinose (C18 H32 O16).





Kembang Sungsang

(Gloriosa superba L.)
Sinonim :
= Methonica superba, lamk.
Familia :
Liliaceae
Uraian :
Tanaman ini dapat ditemukan tumbuh liar di semak belukar, hutan jati, kadang ditanam sebagai tanaman hias yang di rambatkan di pagar atau pergola dari daerah pantai sampai 300 m dpl. Asalnya dari daerah tropik di benua Asia dan Afrika, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari penuh. Rajin berbunga terutama diawal musim penghujan, serta dikenal mempunyai rimpang yang beracun, Terna tahunan yang berumur panjang, memanjat, tingginya mencapai 2,5 m, bercabang melebar. Batangnya lunak, memanjat dengan sulur yang terdapat diujung daun. Daun tunggal bentuk lanset, ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 8-25 cm, lebar 1-4 cm, warnanya hijau, Bunga kuncup bentuknya bulat memanjang, bertangkai panjang, ujungnya runcing menghadap ke bawah. Bila mekar, bunganya akan membalik keatas, mahkota bunga berjumlah enam yang bentuknya keriting, bagian atas warnanya merah, pangkalnya berwarna kuning kehijauan. Warna bunganya lama kelamaan akan menjadi merah keseluruhan dan tidak cepat layu. Buah panjangnya 4-5 cm. Bijinya banyak, warnanya merah oranye. Akarnya mempunyai rimpang yang horizontal dan besar. Perbanyakan dengan biji atau rimpang.

Nama Lokal :
Kembang jonggrang, kembang kuku macan (Jakarta); Katongkat, kembang sungsang (Sunda), Mandalika (Bali);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Lumpuh, Sakit sendi, Panas tinngi, Kencing nanah, kramp; Badan membengkak, Sukar bersalin;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rimpang beracun (toksik). Menghilangkan panas dalam, menghilangkan nyeri dan menghilangkan bengkak. KANDUNGAN KIMIA: Colchicine, alkaloid.




Kemuning

(Murraya paniculata [L..] Jack.)
Sinonim :
= M. banati Elm. = M. exotica, Linn. = M. exotica var. sumatrana Koord. et Val. = M. glenieli Thw. = M. odorata, Blanco. = M. sumatrana, Roxb. = Chalcas paniculata, Linn. = C. camuneng Burm.f. = C. intermedia, Roem. = Connarus foetens, Blanco, = C. santaloides, Blanco.
Familia :
Rutaceac
Uraian :
Kemuning biasa tumbuh liar di semak belukar, tepi hutan, atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Kemuning dapat ditemukan sampai ketinggian ± 400 m dpl. Variasi morfologi besar sekali. Yang biasa ditanam untuk memagari pekarangan, biasanya jenis yang berdaun kecil dan lebat. Semak atau pohon kecil, bercabang banyak, tinggi 3 - 8 m, batangnya keras, beralur, tidak berduri. Daun majemuk, bersirip ganjil dengan anak daun 3 - 9,. letak berseling. Helaian anak daun bertangkai, bentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata atau agak beringgit, panjang 2 - 7 cm, lebar 1 - 3 cm, permukaan licin, mengilap, wamanya hijau, bila diremas tidak berbau. Bunga majemuk berbentuk tandan, 1 - 8, warnanya putih, wangi, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buah buni berdaging, bulat telur atau bulat memanjang, panjang 8 - 12 mm, masih muda hijau setelah tua merah mengilap, berbiji dua.

Nama Lokal :
Kamuning (Sunda), kemuning, kumuning (Jawa).; Kajeni, kemuning, kemoning (Bali), kamoneng (Madura),; Kamuning (Menado, Makasar), kamoni (Bare), palopo (Bugis).; Kamuni (Bima). eseki, tanasa, kamone, kamoni (Maluku).; Jiu li xiang, yueh chu (China), Orange jessamine (Inggris).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang buah zakar (orchitis), radang saluran napas (bronkhitis), ; Infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, sakit gigi,; Haid tidak teratur, lemak tubuh berlebihan, pelangsing tubuh, ; Nyeri pada tukak (ulkus), kuli kasar, memar akibat benturan,; Rematik, keseleo, digigit serangga dan ular berbisa, ekzema,; Bisul, koreng, epidemik encephalitis B, luka terbuka di kulit.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Daun kemuning mengandung cadinene, methyl-anthranilate, bisabolene, P-earyophyllene, geraniol, carene-3, eugenol, citronellol, methyl-salicylate, s-guaiazulene, osthole, paniculatin, tanin, dan coumurrayin. Kulit batang mengandung mexotioin, 5-7-dimethoxy-8- (2,3-dihydroxyisopentyl) coumarin. Sedangkan bunga kemuning mengandung scopeletin, dan buahnya mengandung semi-ec-carotenone. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Infus daun kemuning dengan dosis 1.000 mg serbuk/kg bb mencit albino pada percobaan analgesik dengan bahan pembanding asetosal 52 mg/kg bb, memberikan efek analgesik (Pudjiastuti, dkk., Cermin Dunia Kedokteran No.59, 1989). 2. Infus daun kemuning dengan dosis 210 mg, 420 mg dan 840 mgl 200 g bb diberikan per oral pada tikus sesaat sebelum penyuntikkan 0,2 ml larutan karagenin 1 % dalam NACI fisiologis secara subplantar (zat pembuat udern buatan). Pada infus daun kemuning dengan dosis 840 mg/200 g bb menunjukkan efek anti-inflamasi mendekati natrium diklofenak dengan dosis 8 mg/200 g bb yang digunakan sebagai pembanding (Farida Ibrahim, Jubeini, Katrin, Rosrini, Jurusan Farmasi FMIPA Ul - warta Perhipba No.Lllll, Jan-Maret 1995). 3. Infus daun kemuning 10%, 20%, 30%, 40% sebanyak 0,5 ml pada mencit dapat menurunkan berat badan secara bermakna (Ika Murni Sugiarti, Jurusan Biologi FMIPA UNAIR, 1990).






Kenanga

(Canangium odoratum, (Lamk.), Hook dan Thorms. (Lat)
Sinonim :
Hook dan Thorms.
Familia :
Annonaceae
Uraian :
Kenanga (Canangium odoratum) adalah tumbuhan berbatang besar sampai diameter 0,1-0,7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenangan mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai 5-20 meter. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas. Di pedesaan, kenanga sering dipelihara untuk dipetik bunganya. Tumbuhan liar yang kini mulai jarang ini mudah tumbuh di daerah dataran rendah mulai ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut.

Nama Lokal :
Kenanga (Indonesia), Kenanga, Wangsa (Jawa); Kananga (Sunda), Sandat kananga, Sadat wangsa (Bali); Selanga (Aceh), Sandat (Sasak), Ngana-ngana (Nias); Lalangiran, amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa);


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Malaria, Asma, Sesak nafas, Bronkhitis, Jamu setelah melahirkan;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Kenanga (Canangium odoratum) mengandung minyak yang khas kenanga.




Kencur

(Kaempferia galanga, Linn.)
Sinonim :
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.

Nama Lokal :
Kencur (Indonesia, Jawa), Cikur (Sunda), Ceuko (Aceh); Kencor (Madura), Cekuh (Bali), Kencur, Sukung (Minahasa); Asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon), Cekir (Sumba);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang Lambung, Radang anak telinga, Influenza pada bayi; Masuk angin, Sakit Kepala, Batuk, Menghilangkan darah kotor; Diare, Memperlancar haid, Mata Pegal, keseleo, lelah;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom.






Ketepeng Cina

(Cassia alata, Linn.)
Sinonim :
Familia :
Caesalpiniaceae
Uraian :
Ketepeng cina (Cassia alata) merupakan jenis perdu yang besar dan banyak tumbuh secara liar di tempat-tempat yang lembab. Kini tumbuhan ini sering dipelihara sebagai perindang halaman rumah/gedung. Ketepeng Cina atau sering disebut sebagai ketepeng kerbau mempunyai ukuran daun besar-besar dengan bentuk bulat telur yang letaknya berhadap-hadapan satu sama lain dan terurai lewat ranting daun (bersirip genap). Bunga ketepeng cina mempunyai mahkota yang pada bagian bawahnya berwarna kuning dan ujung kuncup pada tandan berwarna coklat muda. Buahnya berupa buah polong yang bersayap dan pipih berwarna hitam. Ketepeng Cina tumbuh subur pada dataran rendah sampai ketinggian 1400 meter diatas permukaan laut.

Nama Lokal :
Seven golden candlestik (Inggris), Ketepeng kebo (Jawa); Ketepeng cina (Indonesia), Ketepeng badak (Sunda); Acon-aconan (Madura), Sajamera (Halmahera),; Kupang-kupang (Ternate), Tabankun (Tidore); Daun kupang, daun kurap, gelenggang, uru'kap (Sumatera);


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Panu, Kurap, Kudis, Sembelit, Cacingan, Sariawan;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Pedas, hangat, insecticidal, menghilangkan gatal-gatal, pencahar, obat cacing, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit. KANDUNGAN KIMIA: Rein aloe-emodina, rein aloe-emodina-diantron, rein, aloe emodina, asam krisofanat, (dihidroksimetilanthraquinone), tannin.





Ketepeng Kecil

(Cassia tora Linn.)
Sinonim :
Cassia foetida, Salisb. Cassia obtusifolia, Linn. Cassia tagera, Lamk.
Familia :
Caesalpiniaceae (Leguminosae)
Uraian :
Tanaman berupa perdu kecil yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 1 m. Tumbuh liar di pinggir kota, daerah tepi sungai, semak belukar dan kadang-kadang ditanam sebagai tanaman hias. Batangnya lurus, pangkal batang berkayu, banyak bercabang, daerah ujung batang berambut jarang. Daun letak berseling, berupa daun majemuk menyirip ganda terdiri dari 3 pasang anak daun yang bentuknya bulat telur sungsang, panjang 2-3 cm, lebar 1 1/2 - 3 cm ujung agak membulat dan pangkal daun melancip, warna hijau, permukaan bawah daun berambut halus. Bunganya banyak berwarna kuning tersusun dalam rangkaian tandan yang tumbuh pada ketiak daun. Buahnya buah polong berkulit keras berisi 20 - 30 biji yang bentuknya lengkung berwarna coklat kuning mengkilat. Tanaman perdu ini berasal dari Amerika tropik dan menyukai tempat terbuka atau agak teduh dapat tumbuh di dataran rendah sampai 800 m di atas permukaan laut.

Nama Lokal :
Ketepeng sapi, ketepeng cilik (jawa), pepo (Timor) ; Ketepeng lentik (Sunda); Jue ming zi (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang mata, luka cornea, rabun senja, glaucoma, Hipertensi; Hepatitis, cirrhosis, Perut busung air (ascites), sulit buang air besar;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Terasa manit pahit dan asin, agak dingin. Pengobatan radang mata, peluruh air seni, melancarkan buang air besar. Herba ini masuk meridian liver (Purifies = membersihkan) dan meridian ginjal (Supports = menguatkan). KANDUNGAN KIMIA: Biji segar mengandung chryzophanol, emodin, aloe-emodin, rhein, physcion, obtusin, aurantio-obtusin, rubrobusarin, torachryson, toralactone, vit.A.





Ketimun

(Cucumis sativus L.)
Sinonim :
Familia :
Cucurbitaceae
Uraian :
I. URAIAN TANAMAN Ketimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainage yang baik. Ketimun sebaiknya dirambatkan ke para-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai 1.300 m dpl. Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India Utara. Tanaman semusim, merayap atau merambat, berambut kasar, berbatang basah, panjang 0,5-2,5 m. Tanaman ini mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai panjang, bentuknya bulat telur lebar, bertaju 3-7, dengan pangkal berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi. Panjang 7-18 cm, lebar 7-15 cm, warnanya hijau. Bunganya ada yang jantan berwarna putih kekuningan, dan bunga betina yang bentuknya seperti terompet. Buah bulat panjang, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin putih, setelah tua warnanya kuning kotor, panjang 10--30 cm, bagian pangkal berbintil, banyak mengandung cairan. Bijinya banyak, bentuknya lonjong meruncingi pipih, warnanya putih kotor. Daun dan tangkai muda bisa dimakan sebagai lalab mentah atau dikukus. Buahnya bisa dimakan mentah, direbus, dikukus atau disayur. Bisa juga dibuat acar atau dimakan bersama rujak. Banyak jenis ketimun yang ada di pasar, seperti ketimun biasa, ketimun krai, ketimun wuku, ketimun poan dan ketimun watang. Perbanyakan dengan biji. II. SYARAT TUMBUH a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 800 mm - 1.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5 bulan - 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) : 4 bulan - 6 bulan · Suhu udara : 170 C - 230 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang - tinggi b. Tanah · Tekstur : lempung · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 50 cm - 200 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 15 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,8 · Kesuburan : tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Pencangkulan tanah sedalam 30 cm lalu diratakan, dibuat bedengan ukuran 120 cm x (300 - 500) cm. · Pada bedengan dibuat lubang dan diberi pupuk kandang 1 kg - 2 kg/lubang. b. Persiapan Bibit · Tanaman mentimun dapat diperbanyak dengan biji. c. Penanaman · Biji ditanam langsung ke dalam lubang tanam. Setiap lubang diberi 2 butir - 3 butir. · Jarak tanam 50 cm x 100 cm · Sediakan turus untuk merambat mentimun.

Nama Lokal :
Bonteng, katimun, timun, temon, antemon, boyuk (Jawa); Dimu, timu, kadingir, kariri, karere, daka, koto (Sumatra); Kimuni, ancimun, cimen, ansimun, melike, laiseu (Sumatra); Betiak, betik, lepang (Kalimantan), Suai, bojo (Sulawesi);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hipertensi, Kulit gatal, Keracunan;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Buah: Penyegar badan, penyejuk, peluruh kencing, menghaluskan dan melemaskan kulit. Daun: Perangsang muntah. KANDUNGAN KIMIA: Biji: Minyak lemak, karoten. Daun: Kukurbitasin C, stigmasterol. Buah juga mengandung sedikit saponin, enzym pencernaan, glutathione, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B dan C.






Ki Tolod

(lsotoma longiflora Presi.)
Sinonim :
= Laurentia longiflora, (Linn.), Peterm.
Familia :
Campanuiaceae
Uraian :
Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat lainnya yang lembab dan terbuka. Ki tolod dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.100 m dpl. Terna tegak, tinggi mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya, bergetah putih yang rasanya tajam dan mengandung racun. Daun tunggal, duduk, bentuknya lanset, permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, bergigi sampai melekuk menyirip. Panjang daun 5-17 cm, lebar 2-3 cm, warnanya hijau. Bunganya tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, mahkota berbentuk bintang berwarna putih. Buahnya berupa buah kotak berbentuk lonceng, merunduk, merekah menjadi dua ruang, berbiji banyak. Perbanyakan dengan biji, stek batang atau anakan.

Nama Lokal :
Ki tolod, daun tolod (Sunda), Kendali, sangkobak (Jawa);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit gigi, Asma, Bronkhitis, radang tenggorokan, Obat luka; Obat tetes mata, Obat kanker;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Getahnya beracun. Anti radang. KANDUNGAN KIMIA: Senyawa alkaloid yaitu lobelin, lobelamin, isotomin.





Klabet

(Trigonella foenoem-graecum L)
Sinonim :
--
Familia :
Papilionaceae (Leguminoceae)
Uraian :
Terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30 cm sampai 60 cm. Daun berbentuk bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset. Buah berisi 10 sampai 20 biji.

Nama Lokal :
NAMA SIMPLISIA Foenigraeci Semen; Biji Klabet.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT KHAS Pahit dan menghangatkan. KHASIAT Laksatif, ekspektoran, dan oroxigenik. PENELITIAN Sri Adi Sumiwi S.A., 1988. Studi Farmasi, FPS ITB. Pembimbing: Dr. Ny. N.C. Soegiarso. Telah melakukan penelitian pengaruh ekstrak biji Klabet terhadap spermatogenesis tikus. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata ekstrak biji Klabet berpengaruh terhadap spermatogenesis tikus jantan.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, flavonoid vitexin, dan enzim.





Kol Banda

(Pisonia alba Span.)
Sinonim :
= P. grandis, R.Br. = P. sylvestris T & B. var. alba.
Familia :
Nyctaginaceae
Uraian :
Kol banda merupakan tanaman asli Indonesia, terutama di bagian timur Nusantara dan di Jawa serta tempat-tempat lainnya. Tumbuh dengan baik di hutan, tepi pantai dan tempat-tempat terbuka lainnya seperti di pekarangan rumah sebagai tanaman pagar, di taman-taman sebagai tanaman hias atau tumbuh liar dan dapat ditemukan dari 1-300 m dpl. Perdu atau pohon kecil, tinggi sekitar 5-13 m, percabangan agak mendatar sehingga tampak rindang. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya jorong sampai memanjang, tepi rata atau bergerigi, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 9-24 cm, lebar 3-16 cm, tulang daun menyirip. Daun muda yang tumbuh di ujung batang warnanya putih sampai kuning pucat, sedang daun tua berwarna hijau muda. Bunganya kecil-kecil berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk menggarpu dan jarang ditemukan. Daun muda dapat dimakan sebagai lalab mentah, direbus atau sebagai pembungkus buntil. Perbanyakan dengan cangkok, stek batang atau rantingnya, biasanya dipilih ranting yang cukup besar.

Nama Lokal :
Kol bandang (Sunda, Jawa), safe (Roti), hale (Flores),; motong (Solor), hali (Alor), sayor bulan (Timor), kendu (Irian); kayu wulan, kayu bulan, kayu burang, kayu bulang, buring,; kai lolohun, kayu kulo (sulawesi), suwe, sayor putih, talang; air puiro, ai puti, ail putiil, kau fulan uta ambulane, hate bula, hate bulan (Maluku);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Asma, Bisul, Bengkak, Penebalan kulit, Mata ikan, sering kencing;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Daun: Bau lemah tidak khas, rasa tawar. Anti radang (anti-inflamasi), pembunuh kuman (anti septik).





Kompri

(Symphytum officinale L. Em,)
Sinonim :
Familia :
Boraginaceae
Uraian :
Kompri amat umum di Eropa dan Asia Barat, yang tumbuh di tanah berumpput basah atau pinggir selokan. Di Indonesia kompri biasa ditanam dalam pot atau di kebun sebagai tumbuhan obat. Herba, membentuk rumpun, tinggi 20 - 50 cm. Tumbuhan berbatang sernu. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan berambut kasar, panjang 27 - 50 cm, lebar 4,5 - 14 cm, pertulangan menyirip, pelepah tumbuh berseling pada pangkal membentuk roset akar, warnanya hijau. Bunga majemuk, bentuk corong, putih kekuningan. Buah bulat, tiap buah terdiri dari 4 biji. Biji bulat, kecil, keras, dan hitam. Daun muda bisa dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan pemisahan akar.

Nama Lokal :
Kompri, komring (Jawa).; K'ang fu li (China), comfrey, knitbone (Inggris).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rematik, pegal linu, diare, tifoid, nyeri ulu hati, kanker payudara,; Radang saluran napas (bronkhitis), luka memar, borok, ; Kencing manis (diabetes melitus), patah tulang (fraktur), ; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik gout, radang usus,; Payudara bengkak karena ASI, gangguan lambung,; Batuk berdahak, radang amandel (tonsilis), darah haid banyak,; Kencing darah, liur berdarah, dan wasir berdarah.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Daun kompri mengandung symphytine, echimidine, anadoline, al- kaloid pyrrolizidine (PAs), tanin, minyak asiri, allantoin, dan vitamin (B 1, B2, C dan E). Alkaloid pyrrolizidine diketahui merupakan penyebab kerusakan hati yang dinamakan hepatic veno-occlusive disease (HVOD). Sedangkan akarnya mengandung alkaloid pyrrolizidine dengan jumlah yang lebih besar dari daun. Efek Farkologis dan Hasil Penelitian : lnfus daun kompri 20% dengan takaran 25 dan 40 ml/kg bb mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan sebanding dengan suspensi klorpropamida 22,5 mg/kg bb. (Amrizal M., Jurusan Farmasi, FMIPA, UNAND, 1988).





Kompri

(Symphytum officinale L. Em,)
Sinonim :
Familia :
Boraginaceae
Uraian :
Kompri amat umum di Eropa dan Asia Barat, yang tumbuh di tanah berumpput basah atau pinggir selokan. Di Indonesia kompri biasa ditanam dalam pot atau di kebun sebagai tumbuhan obat. Herba, membentuk rumpun, tinggi 20 - 50 cm. Tumbuhan berbatang sernu. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan berambut kasar, panjang 27 - 50 cm, lebar 4,5 - 14 cm, pertulangan menyirip, pelepah tumbuh berseling pada pangkal membentuk roset akar, warnanya hijau. Bunga majemuk, bentuk corong, putih kekuningan. Buah bulat, tiap buah terdiri dari 4 biji. Biji bulat, kecil, keras, dan hitam. Daun muda bisa dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan pemisahan akar.

Nama Lokal :
Kompri, komring (Jawa).; K'ang fu li (China), comfrey, knitbone (Inggris).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rematik, pegal linu, diare, tifoid, nyeri ulu hati, kanker payudara,; Radang saluran napas (bronkhitis), luka memar, borok, ; Kencing manis (diabetes melitus), patah tulang (fraktur), ; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik gout, radang usus,; Payudara bengkak karena ASI, gangguan lambung,; Batuk berdahak, radang amandel (tonsilis), darah haid banyak,; Kencing darah, liur berdarah, dan wasir berdarah.;
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Daun kompri mengandung symphytine, echimidine, anadoline, al- kaloid pyrrolizidine (PAs), tanin, minyak asiri, allantoin, dan vitamin (B 1, B2, C dan E). Alkaloid pyrrolizidine diketahui merupakan penyebab kerusakan hati yang dinamakan hepatic veno-occlusive disease (HVOD). Sedangkan akarnya mengandung alkaloid pyrrolizidine dengan jumlah yang lebih besar dari daun. Efek Farkologis dan Hasil Penelitian : lnfus daun kompri 20% dengan takaran 25 dan 40 ml/kg bb mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan sebanding dengan suspensi klorpropamida 22,5 mg/kg bb. (Amrizal M., Jurusan Farmasi, FMIPA, UNAND, 1988).






Kubis

(Brassica oleracea var. capitata)
Sinonim :
Familia :
cruciferae (brassicaceae).
Uraian :
Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea var. sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, pantai Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat urap. Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Kol, kobis, kubis telur, kubis krop. NAMA ASING Cabbage. NAMA SIMPLISIA Brassicae capitatae Folium (daun kubis).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Melindungi tubuh dari bahaya radiasi, menghambat pertumbuhan tumor, dan pencahar.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Kubis segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin (A, C, E, tiamin, riboflavin, nicotinamide), kalsium, dan beta karoten. Selain itu, juga mengandung senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan, dan iberin yang merangsang pembentukan glutation, suatu enzim yang bekerja dengan cara menguraikan dan membuang zat-zat beracun yang beredar di dalam tubuh. Tingginya kandungan vitamin C dalam kubis dapat mencegah timbulnya skorbut (scurvy). Adanya zat anthocyanin menyebabkan warna kubis dapat berubah menjadi merah. Kandungan zat aktifnya, sulforafan dan histidine dapat menghambat pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon, dan rektum, detoksikasi senyawa kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel dan tembaga yang berlebihan di dalam tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kanker. Kandungan asam amino dalam sulfurnya, juga berkhasiat menurunkan kadar kolesterol yang tinggi, penenang saraf, dan membangkitkan semangat.




Kubis Bunga

(Brassica oleracea var. botrytis)
Sinonim :
Brassica oleracea botrytis subvar. Cauliflora
Familia :
cruciferae (brassicaceae).
Uraian :
Kubis bunga berasal dari kawasan Eropa, Mediteran, dan Asia Tergah. Kubis bunga merupakan tanaman dataran tinggi atau pegunungan, cocok tumbuh di daerah sejuk selama masa pertumbuhannya, dan dapat ditemukan pada ketinggian lebih dari 600 m dpl. Bunganya padat, tebal, dan tersusun dari rangkaian bunga-bunga kecil bertangkai pendek. Bunga membentuk bagian yang padat berwarna putih atau putih kekuningan, diameternya dapat mencapai 30 cm. Untuk menghindari kerusakan bunga dan menjaga supaya bunga kubis tetap putih, 2-3 minggu sebelum panen daun-daun muda bagian bawah diikatke arah bunga sehingga berfungsi sebagai pelindung. Kubis bunga dipanen setelah 90-120 hari sejak ditanam. Bagian tumbuhan yang dikonsumsi adalah kelopak bunganya. Sebelum dimakan, harus dimasak terdahulu, seperti direbus, dibuat sup, dan sebagainya.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Kol bunga, kembang kol. NAMA ASING Cauliflower (I), bloemkool. NAMA SIMPLISIA Brassicae botrytis Flos (kubis bunga).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Kubis bunga berkhasiat sebagai obat penenang dan antikanker.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Kubis bunga mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin (A, C, serta sejumlah kecil tiamin, riboflavin, dan niacin). Selain itu, juga mengandung senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan, dan iberin yang merangsang pembentukan glutation. Kandungan zat yang berkhasiat, yaitu sulforafan dapat mencegah penyakit kanker.





Kucing Kucingan

(Acalypha indica L.)
Sinonim :
A. australis L.
Familia :
euphorbiaceae.
Uraian :
Kucing-kucingan merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur sampai lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak, bulat, hitam. Biji bulat panjang, berwarna cokelat. Akarnya akar tunggang, berwarna putih kotor. Akar tumbuhan ini sangat disukai oleh kucing dan anjing, yang dikonsumsi dengan cara dikunyah. Kucing-kucingan dapat diperbanyak dengan biji.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: ceka mas (Melayu). Jawa: lelatang, kucing-kucingan, rumput kokosongan (Sunda), rumput bolong-bolong (Jawa). NAMA ASING Tie xian (C), copperleaf herb (I). NAMA SIMPLISIA Acalyphae Herba (herba kucing-kucingan).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rasa pahit, sifatnya sejuk, astringen. Herba ini berkhasiat antiradang, antibiotik, peluruh kencing (diuretik), pencahar, dan penghenti perdarahan (hemostatis).
Pemanfaatan :
Komposisi :
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tanin. Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak asiri.





Kumis Kucing

(Orthosiphon aristatus (B1) Miq.)
Sinonim :
O. longiflorum, Ham. O. grandiflorum et aristatum, Bl. O. spiralis, Merr. O. stamineus, Benth. O. grandiflorus, Bold. Clerodendranthus spicatus (Thunb.) C.Y. Wu. Trichostemma spiralis, Lour.
Familia :
Labiatae
Uraian :
I. URAIAN TANAMAN: Terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap. Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang. II. Syarat Tumbuh a. Iklim 1. Ketinggian tempat : 500 m - 900 m di atas permukaan laut 2. Curah hujan tahunan : 3000 mm/tahun 3. Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 7 bulan - 9 bulan 4. Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 bulan - 5 bulan 5. Suhu udara : 280C - 340C 6. Kelembapan : sedang 7. Penyinaran : tinggi b. Tanah 1. Jenis : andosol, latosol 2. Tekstrur : lempung berpasir 3. Drainase : baik 4. Kedalaman air tanah : diatas 70 cm dari permukaan tanah 5. Kedalaman perakaran: 30 cm - 60 cm dari permukaan tanah 6. Kemasaman (pH) : 5 - 7 7. Kesuburan : sedang - tinggi III. Pedoman Bertanam a. Pengolahan Tanah 1. Tanah dicangkul sedalam 30 cm - 40 cm hingga gembur 2. Buatkan bedengan selebar 100 cm - 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 40 cm - 50 cm, dan panjangnya disesuaikan kondisi lahan 3. Tebarkan pupuk kandang diatas bedengan tersebut b. Persiapan Bibit 1. Pada umumnya tanaman kumis kucing diperbanyak dengan stek batang atau stek cabang 2. Pilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua, lalu dipotong menjadi stek-stek berukuran panjang 15 cm - 25 cm atau beruas sekitar 2 buku - 3 buku c. Penanaman 1. Stek bibit ditanam langsung di kebun sedalam 5 cm, kemudian padatkan tanah di sekitar pangkal stek 2. Jarak tanam 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, 40 cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm

Nama Lokal :
Kumis kucing, Mamang besar (Indonesia); Kutun, mamam, bunga laba-laba (Jawa); Mao Xu Cao (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Infeksi Ginjal, Infeksi Kandung kemih, Kencing batu, Encok; Peluruh air seni, menghilangkan panas dan lembab;
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Manis sedikit pahit, sejuk, anti-inflammatory (anti radang), peluruh air seni (diuretic), menghancurkan batu saluran kencing. KANDUNGAN KIMIA: Orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, myoinositol.






Kunci Pepet

(Kaemferia rotunda L.)
Sinonim :
--
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Kunci pepet atau kunir putih sering disebut "kunyit putih" atau "Curcuma alba", sebutan nama latin yang salah. Karena daunnya bercorak indah dan tumbuhnya tidak tinggi maka sosoknya menyerupai tanaman hias sehingga sering ditanam di pekarangan atau di dalam pot. Kunci pepet juga bisa ditemukan tumbuh liar di beberapa tempat di bagian timur Jawa sampai ketinggian kurang dari 750 m dpl. Selain digunakan sebagai campuran jamu tradisional, kunci pepet juga sering digunakan untuk kosmetika tradisional. Ada dua fase tumbuh kunci pepet. Yang pertama disebut fase vegetatif, yaitu pertumbuhan normal seperti biasa dengan daun dan batang semu. Yang kedua, yaitu fase generatif. Pada fase ini yang terlihat hanya bunga-bunganya saja. Tanaman ini terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 750 m dpl. Banyak ditemukan di Sumatera dan Jawa. Selain itu, juga ditemukan di India, Srilangka, dan Malaysia. Terna tahunan dengan tinggi 30-70 cm ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Daun tunggal, helaian daun berbentuk lanset, panjang 20-30 cm, lebar 7,5-10 cm, ujung runcing, pangkal berpelepah, tepi rata, warnanya hijau muda dengan bagian tengah bercorak warna cokelat. Bunga keluar dari rimpang dengan batang semu yang amat pendek. Bunga bisa tumbuh menggerombol, sering mekar beberapa kuntum sekaligus, warnanya ungu muda kemerahan. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu seukuran telur puyuh. Dari rimpang induk keluar akar-akar kasar yang ujungnya terdapat anakan rimpang yang berair dan tampak tumbuh menggerombol menutupi rimpang induk. Jika rimpang dibelah terlihat warnanya putih pucat, berserat halus, dan rasanya pahit. Jika telah keluar bunga, menandakan rimpang siap di panen. Umbi muda bisa dijadikan lalap. Perbanyakan dengan rimpang.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Jawa: kunci pepet, temu rapet, ardong (Jawa), kunir putih (Sunda). Madura: konce pet. Melayu: temu putri, t. rapet. NAMA ASING - NAMA SIMPLISIA Kaempferiae rotundae Rhizoma (kunci pepet).


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rimpang rasanya pahit, sifatnya sejuk. Berkhasiat antiradang, peluruh kentut (karminatif), dan mempercepat penyembuhan luka.
Pemanfaatan :
Komposisi :
Rimpang mengandung minyak asiri berwarna kuning muda, agak berbau, mengandung borneol, sineol, metil khavikol, dan saponin.





Kunyit

(Curcuma longa Linn.)
Sinonim :
Curcuma domestica Val. C. domestica Rumph. C. longa Auct.
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Kunyit (Curcuma domestic) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

Nama Lokal :
Saffron (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia); Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diabetes melitus, Tifus, Usus buntu, Disentri, Sakit keputihan; Haid tidak lancar, Perut mulas saat haid, Memperlancar ASI; Amandel, Berak lendir, Morbili, Cangkrang (Waterproken);
Pemanfaatan :
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat manfaat lainnya Kandungan Zat : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 % Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 - 5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, Garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) sisanya





Kwalot

(Brucea javanica (L.) Merr.)
Sinonim :
Brucea sumatrana, Brucea amarissima
Familia :
Brucea
Uraian :
Semak tinggi, tegak, sangat pahit, tinggi 1-2,5 m. Susunan daun menyirip ganjil; anak daun 5-13, sebagian besar berhadapan, anak daun berbentuk bulat telur memanjang lanset, ujung meruncing, tepi bergerigi beringgit, pangkal membulat atau runcing, berambut 5,5-17,5 kali 2-7,5 cm. Bunga berkelamin 1 atau 2, dalam susunan malai sempit panjang 2-30 cm. Perhiasan bunga berupa kelopak; segmen kelopak sangat kecil, bentuk oval bulat telur terbalik, 0.75-1 mm. Mahkota memiliki 5 daun mahkota, bentuk memanjang, tumpul, berambut jarang, sepanjang tepi berkelenjar, berwarna hijau ungu. Benang sari sebanyak daun mahkota, kepala sari tidak ada pada bunga betina. Putik pada bunga jantan rudimenter, bertaju 4, pada bunga yang berkelamin 2 atau bunga betina bakal buah dan tangkai putik 4, lepas, tonjolan penebalan dasar bunga jelas. Buah batu bulat memanjang,panjang 8mm. Waktu berbunga Januari - Desember. Tumbuhan ini dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 0,5-550 m dpl. Lebih kurang ditemukan 6 jenis tumbuhan yang tumbuh di Afrika. Di Indonesia banyak tumbuh di Jawa dan Madura, yaitu biasanya terdapat pada belukar, di tepi sungai, hutan jati, hutan sekunder muda, dan sebagai tanaman pagar.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH: Cerek jantan, Taun, Ki padessa, Belilik, Amber merica NAMA ASING:- NAMA SIMPLISIA:-

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Ekstrak biji Brucea javanica efektif sebagai amubisida. Bruseantin dan brusein C berhasil diisolasi dari ekstrak biji yang larut dalam n-butanol, senyawa tersebut aktif terhadap Entamoeba histolytica. Potensi tersebut diperkirakan karena terjadinya penghambatan sintesis protein parasit malaria. Di samping itu ekstrak biji Brucea javanica aktif terhadap Shigella shiga, S.Boydii, Salmonella derby, Salmonella typhi tipe 11, Fibrio cholerae inaba, Fibrio cholerae ogawa. Brusatol yang diisolasi dari biji dilaporkan efektif untuk penyembuhan disentri. Dari hasil penelitian in vitro maupun in vivo diketahui bahwa ekstrak buah makasar berefek sebagai antiplasmodia. Secara in vitro diketahui bahwa keberadaan bruseantin berefek positif terhadap Plasmodim falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Efek positif ekstrak kwalot ditemukan pula pada Plasmodium berghei secara in vivo pada percobaan dengan mencit. IC, dari sembilan macam senyawa kuasinoid terhadap Plasmodium falciparum K?1 (resisten terhadap klorokuin) pada pemberian secara oral berkisar antara 0,0046?0,0008 mg/ml; empat dari kesembilan senyawa tersebutjuga aktif terhadap Plasmodium berghei secara in vivo setelah pemberian secara oral. Efektivitas bruseolid yang ditemukan dalam Brucea javanica terhadap Plasmodium berghei lebih tinggi bila dibanding klorokuin pada percobaan in vivo dengan mencit. Di samping itu ditemukan pula adanya aktivitas sitotoksik suatu golongan kuasinoid hasil isolasi dari Brucea javanica. Aktivitas antidisentri hasil pengujian klinik ekstrak buah Bruceajavanica kurang efektif bila dibandingkan dengan emetin. Pada jenis Brucea yang lain yaitu Brucea antidysentrica ditemukan bahwa ll?hidroksikantin?6?on dan 1,11?dimetoksikantin?6?on mempunyai potensi sebagai antitumor secara in vitro maupun in vivo. Selain itu ditemukan bahwa bruseanol C mempunyai potensi antitumor terhadap "human KB, A?549 lung carcinoma secara in vitro”) Farmakologi klinik Buah: Ekstrak buah biasa digunakan pada pengobatan disentri amoeba. Dari penelitian diketahui bahwa aktivitas antidisentri ekstrak buah Brucea kurang efektif bila dibandingkan dengan emetin. Kontra indikasi Buah sebaiknya tidak digunakan pada anak?anak, wanita hamil dan wanita yang baru menyusui. Efek yang tidak dlinginkan Penggunaan eksternal buah dilaporkan adanya beberapa kasus anafilaksis .
Pemanfaatan :
Komposisi :
Biji zat pahit, triterpen, sterin, lilin, senyawa fenolik (zat samak). Zat pahit yang terdapat dalam biji Brucea javanica L. Meer terdiri dari bruseantin, bruseantinol, brusein A, B, C, D, dehidrobusein A, brusatol, yadanziolid, yadanziolid A, yadanziolid C, yadanziolid F, senyawa pahit mirip kantin-6-on.











Tidak ada komentar: