Sabtu, Agustus 1

Skenario Industri Farmasi di Indonesia

Skenario Industri Farmasi Indonesia Hingga 2025

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menyiapkan ‘roadmap’ industri farmasi Indonesia hingga 10 tahun ke depan. Ingin masuk 15 besar di dunia dengan target pasar lebih dari Rp 700 triliun.
Pekerja sedang melakukan proses produksi formulasi obat/ ilustrasi. Mayoritas industri farmasi dalam negeri saat ini adalah industri formulasi atau industri pembuatan obat jadi. GPFI memprediksikan pangsa pasar lokal farmasi mencapai Rp 450 triliun pada tahun 2025. Sementara target ekspor Rp 250 triliun. (Foto: Kimia Farma)


Hari terakhir pameran kefarmasian tingkat dunia di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, 10 April 2015, kian menambah optimisme para pelaku bisnis farmasi di dalam negeri.
Optimisme ini muncul seiring dengan padatnya pengunjung pameran ini dari awal hingga akhir. Pameran ini menjadi ajang transaksi antara penjual dan pembeli bahan baku obat-obatan.
Paling tidak, antara penjual dan calon pembeli bahan baku obat-obatan telah saling mengenal. Selanjutnya, mereka akan melakukan transaksi dalam pertemuan berikutnya.
“Pameran ini peluang yang sangat besar bagi para pelaku industri farmasi untuk wilayah Asia Tenggara dalam mengembangkan industri bahan baku lokalnya,” ujar Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Maura Linda Sitanggang, di Jakarta.
Optimisme para pelaku bisnis farmasi juga terlihat dalam roadmap industri farmasi yang dibuat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI). Dalam skenario bisnis ini, GPFI memprediksikan pangsa pasar lokal farmasi diperkirakan mencapai Rp 450 triliun pada tahun 2025. Sementara target ekspor Rp 250 triliun.
Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) Kendrariadi Suhanda mengungkapkan, kemajuan industri bahan baku farmasi perlu juga andil pemerintah.
“Pemerintah perlu mendorong masuknya investasi industri bahan baku farmasi. Sementara, pelaku industri farmasi juga perlu memelihara jaringan dengan industri pembuat bahan baku obat di luar negeri,” ujarnya kepada VARIA.id di Jakarta, akhir pekan lalu.

Industri formulasi
Menurut data roadmap tersebut, jumlah industri farmasi saat ini antara 214-224 perusahaan. Terdiri dari 4 BUMN (Biofarma, Indofarma, Kimia Farma, Phapros), 24 multinasional, dan 186-196 swasta nasional Indonesia.
Data tersebut juga menyebutkan, mayoritas industri farmasi dalam negeri saat ini adalah industri formulasi atau industri pembuatan obat jadi. Pertumbuhan pasarnya, dalam beberapa tahun terakhir mencapai 10-14 persen per tahun.
Pada 2013, misalnya, pangsa pasar farmasi Indonesia mencapai Rp 53,8 triliun. Angka ini 27 persen dari total pangsa pasar farmasi ASEAN dan yang terbesar. Sementara nilai ekspor industri farmasi mencapai Rp 2 trilliun dan impor Rp 21 trilliun.
“Untuk impor, kita masih dominasi bahan baku,” ujar Kendrariadi.
Masih menurut roadmap tadi, hingga saat ini industri farmasi nasional mendominasi 73 persen pangsa pasar lokal. Satu-satunya negara ASEAN yang pangsa pasarnya didominasi industri nasional.

Sejumlah tantangan
Ketua Umum Gabungan Perusahaan farmasi Indonesia, Johannes Setijono, mengungkapkan, roadmap ini disiapkan guna membangun industri farmasi Indonesia menjadi industri yang strategis.
Sejumlah tantangan dan peluang sudah mengadang sektor ini dalam 10 tahun ke depan. Salah satu tantangan yang sudah di depan mata adalah akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun ini.
“Pemberlakukan MEA ini sekaligus menjadi peluang besar bagi industri farmasi dalam negeri,” ujar Johannes.
Peluang lainnya, peningkatan pendapatan per kapita akan meningkatkan kepedulian masyarakat pada kesehatan. Sehingga menaikkan pengeluaran kesehatan ke arah 4-5 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Target dari roadmap ini, menurut Johannes, menjadikan industri farmasi dalam negeri masuk 15 besar di dunia, dengan besaran pasar diprediksikan lebih dari Rp 700 triliun.
Dia juga berharap, industri farmasi nasional ke depan berbasiskan riset dan pengembangan serta manufaktur, dengan fokus produk biologik dan natural yang berdaya saing dan berorientasi ekspor.*

Potensi produk farmasi indonesia:
  • Bioteknologi & Vaksin
  • Herbal & Maritim (Natural)
  • Drug Delivery System (DDS)
  • Diagnostik (IVD / In-vitro Diagnostic)
  • Cell Therapy




BPJS Dongkrak Pasar Farmasi Jadi Rp 69 T


Sumber: Investor Daily
JAKARTA - Pasar farmasi nasional diproyeksikan meningkat 9% menjadi Rp 69,4 triliun tahun ini, dibanding 2013 sebesar Rp 63,8 triliun. Salah satu faktor pendongkraknya adalah berlakunya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dijalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Berdasarkan laporan riset terbaru Business Monitor International (BMI) yang dilansir belum lama ini, proyeksi itu tidak berubah dibanding kuartal sebelumnya. BMI menilai Indonesia adalah pasar farmasi yang paling menjanjikan di Asia Tenggara.
Hal ini ditopang besarnya populasi penduduk Indonesia yang merupakan terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia solid dalam beberapa tahun ke depan. Faktor lainnya adalah kenaikan permintaan obat penyakit-penyakut tertentu, peralatan medis, dan layanan kesehatan.
“Implementasi asuransi kesehatan universal yang dijalankan BPJS turut menjadi katalis pertumbuhan pasar farmasi. Berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Desember 2015 kian memperkuat prospek bisnis farmasi Indonesia,” demikian tulis BMI dalam laporan risetnya.
Meski begitu, BMI menilai, layanan kesehatan di Indonesia belum terlalu luas. Tahun ini, layanan BPJS baru mencakup 40-50% penduduk. Oleh karena itu, butuh waktu bagi perusahaan farmasi untuk mengkapitalisasi potensi pasar farmasi nasional yang sangat besar. BMI memperkirakan belanja kesehatan Indonesia tahun ini naik 14% menjadi Rp 325 triliun dari 2013 sebesar Rp 285 triliun.
Manuver Nyonya Meneer
Di sisi lain, produsen jamu dan obat tradisional (OT) Nyonya Meneer berekspansi ke Malaysia dan Vietnam. Ekspansi itu ditujukan untuk mendukung
pemasaran produk-produk Nyonya Meneer di luar negeri.
CEO Nyonya Meneer Charles Saerang mengatakan, investasi dilakukan dengan skema kerja sama produksi, yakni memanfaatkan fasilitas produksi pabrik lain untuk memproduksi produk perseroan.
“Kami masuk ke Vietnam. Nyonya Meneer akan investasi dengan mekanisme maklon di sana. Jadi, produknya kita olah di sana, tetapi menggunakan merek kita,” kata dia.
Dia menyatakan, pihaknya akan memasok bahan baku ke perusahaan maklon dan tenaga ahli. Nilai investasi proyek ini tidak besar, hanya US$ 1 juta. “Saat ini, sudah mulai persiapan. Produknya yang berkaitan dengan minyak telon,” kata Charles.
Sistem serupa, kata dia, akan diterapkan di Malaysia. Nilai investasi US$ 500 ribu.
Sementara itu, Charles yang juga ketua umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu memperkirakan, omzet jamu nasional tahun depan diprediksi stagnan dari posisi tahun 2014 sebesar Rp 3 triliun. Adapun produk olahan lainnya seperti suplemen makanan berbahan dasar jamu bisa mencapai Rp 14 triliun.
“Jika ditambah produk kosmetik dan olahan lain, omzet bisa mencapai Rp 80 triliun,” kata Charles.
Charles mengatakan, pertumbuhan jamu yang stagnan disebabkan oleh regulasi di sektor jamu dalam negeri. Jika kondisi tersebut tetap dibiarkan, industri jamu nasional tidak akan berkembang dan terancam melorot. Karena itu, dia menambahkan, GP Jamu mendesak pemerintah menempatkan pembinaan bisnis dan industri jamu berada di bawah Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
“Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai jamu adalah obat akibatnya sektor ini tidak berkembang. Peraturan yang ada justru menyebabkan pertumbuhannya stagnan, bahkan bisa melorot. Akibatnya, yang menikmati adalah trader dan jamu impor termasuk yang ilegal banyak masuk ke sini,” kata dia.
Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin Harjanto mengatakan, usulan GP Jamu tersebut masih dalam pembahasan. “Kami akan duduk bersma membahas soal ini, termasuk harmonisasi aturan tiap kementerian terkait mengenai produk jamu,” kata dia.







Rakyat Jarang Berobat, Pasar Industri Farmasi Indonesia Cuma Rp 56 Triliun

natalia lee
Dibandingkan kebanyakan negara lain, pengeluaran untuk perawatan kesehatan di Indonesia sangat kecil. Yaitu hanya 3,15% dari PDB, dibandingkan dengan rata-rata di dunia 6,3%.
Angka tersebut bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga (BMI Q2014). Ini berarti akses masyarakat terhadap produk farmasi dan jasa perawatan kesehatan di Indonesia masih rendah.
“Angka 3,15% itu sedikit lebih kecil di bawah Vietnam dan sedikit lebih unggul dibanding Myanmar.  Pengeluaran farmasi masyarakat Indonesia Rp 200 ribu/orang/tahun. Itu hanya untuk obat-obatan. Sekitar Rp 1 juta/orang/tahun kalau termasuk rawat inap rumah sakit dan lain-lain,” tutur Ketua Umum International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Luthfi Mardiansyah dalam diskusi ‘Outlook Industri Farmasi 2015: Tantangan dan Isu Penting Dunia Kesehatan’ di The Belly Clan Restaurant, Gedung Intiland Tower, Jakarta, Selasa (20/1).
Dengan populasi 250 juta jiwa, dapat dihitung bahwa besaran pasar industri farmasi di Indonesia hanya 56 triliun per tahun.  Bukan angka yang besar bagi pasar besar seperti Indonesia.  Obat ethical (obat dengan resep dokter) menguasai 59% serapan pasar, sisanya obat bebas (OTC) sebesar 41%.  Di negara lain, pemerintah/asuransi telah meng-cover biaya obat dan perawatan kesehatan sehingga perkembangan industri farmasinya lebih tinggi.
Berdasarkan nilainya, Luthfi memaparkan pertumbuhan industri farmasi tahun 2014 lebih rendah dari tahun sebelumnya, yaitu hanya 8,6% dimana 4,7% diantaranya adalah kontribusi dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun, ia optimis tahun ini (2015) pertumbuhan nilainya akan kembali normal 12-13%. IPMG sangat mendukung program JKN karena akan mempermudah masyarakat untuk memperoleh pengobatan dan perawatan kesehatan tanpa membebankan pesertanya


Perusahaan Farmasi Jerman Berinvestasi di Indonesia

Mengapa Perusahaan Jerman Ingin Berinvestasi di Indonesia

Pasar Eropa sedang lesu yang membuat perusahan-perusahaan Jerman harus mencari pasar-pasar baru. Daya tarik Indonesia ternyata berhasil memikat perusahaan-perusahaan besar Jerman untuk berexpansi bisnis di Indonesia.
Angela Merkel dan Susilo Bambang Yudhoyono
Exportir Jerman harus mencari pasar-pasar baru menjanjikan. Akibat kondisi perekonomian Uni Eropa yang sedang tersendat dan kondisi perekonomian negara-negara ekonomi besar baru yang saat ini berada dalam stagnasi. Kini Indonesialah yang jadi negara tujuan.
“Saat ini Indonesia sedang populer di kalangan perusahaan-perusahaan Jerman” kata Benjamin Leipold, pengamat ahli Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) wilayah asia.
Akan Melampaui Jerman
Daya tarik Indonesia berada pasar domestik. Dengan lebih dari 240 juta penduduk menjadikan Indonesia sebagai negara ke 4 terbesar di dunia. Tak hanya menarik sebagai tempat pemasaran hasil Industri, Indonesia juga menarik untuk dijadikan tempat produksi.
“Siapa yang berproduksi disana bisa sekaligus memasarkannya pada 600 juta orang” kata Leipold pengamat ahli DIHK.
Ditambah lagi melalui kerjasama ekonomi ASEAN, Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya telah merencakan pembentukan pasar tunggal . Saat ini, negara anggota ASEAN telah sepakat untuk menetapkan pajak dagang maksimal 5 persen. Dan tahun 2015 pajak ini akan dihapuskan.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembanguan Ekonomi (OECD) meramalkan tahun 2060 Indonesia akan menjadi negara perekonomian terbesar ke 6 di dunia yang berarti akan melampaui Jerman.
Sepuluh tahun belakangan perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5 persen. Tak heran jika Kanselir Jerman, Angela merkel bersama sejumlah besar delegasi perdagangan Jerman tahun lalu datang ke Jakarta.
Investasi yang Hanya Akan Menghasilkan Untung
Sebuah studi yang dilakukan Forum Organisasi Dunia (WEF) menempatkan Indonesia pada posisi 38 sebagai negara dengan kemampuan daya saing terbaik didunia. Satu posisi dibawah Cina yang menempati urutan ke 29 dan jauh meninggalkan negara lain seperti Rusia di posisi 64, India di posisi 60, Afrika Selatan di posisi 53, Brasil di posisi 56.
Alasan meningkatnya daya saing ini adalah perbaikan infrastruktur. “Setelah diabaikan selama beberapa tahun, kini Indonesia telah meni ngkatkan pengeluaran untuk modernisasi jalan, pelabuhan, sistem pengairan dan pembangkit listrik“ seperti yang diungkapkan seorang ahli WEF.
Kondisi Perusahaan Jerman di Indonesia
Ada sekitar 300 perusahaan Jerman yang sudah ada di Indonesia. Beberapa perusahaan besar Jerman dilaporkan telah meraih untung besar seperti HeidelbergCement.
“Pasar beton jadi kami di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat tahun lalu“ kata Indocement, yang merupakan anak perusahaan HeidelbergCement. Indonesia merupakan pasar terbesar HeidelbergCement di Asia. Peningkatan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang saat ini tengah menggalakkan program pembangunan Infrastruktur.
Perusahaan lain yang juga mendapat untung besar adalah Fresenius. Perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan ini sukses meraih untung melalui penjulan obat generik. Kini Fresenius Kabi, anak perusahaan Fresenius, telah memiliki 51 persen saham PT Eticha Industri Farmasi Indonesia.
Juga perusahaan Volkswagen (VW) telah memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia. Mentri perindustrian RI Mohamad S Hidayat mengumumkan, VW tahun 2014 akan membangunan pabrik di Indonesia dengan investasi awal sebesar 200 juta euro.

Selasa, April 22

JUBEL BLOG: OBAT HIV

JUBEL BLOG: OBAT HIV

OBAT HIV




WANAAAAAPusat Studi Perlebahan Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair), Surabaya sedang melakukan uji klinis terhadap manfaat propolis lebah bagi kesembuhan pasien HIV/AIDS. 
Penelitian ini terinspirasi dari uji coba bee venom atau racun lebah di Amerika yang berhasil menyembuhkan seorang gadis sembilan tahun. Ketua Pusat Studi Perlebahan LPT Unair James Hutagalung mengatakan, kelompok studinya juga melakukan hal serupa.
Namun, James dan timnya melakukan uji coba terhadap pasien HIV/AIDS dengan menggabungkan terapi propolis atau air liur dan racun lebah. Riset dengan racun lebah banyak dilakukan di luar negeri. Namun baru pertama kali di Indonesia. 
Racun dari lebah ternyata mampu menembus dinding sel virus. Ia tidak menghancurkan tapi menembus sehingga virusnya mengecil dan bersifat saling membunuh dan lama-kelamaan hilang.
James dan rekannya melakukan uji coba klinis terhadap seorang pasien laki-laki dewasa penderita HIV/AIDS. Pasien ini datang ke LPT Unair dalam keadaan sudah koma selama tiga-empat pekan.  
Dalam tiga pekan pemberian propolis, terjadi perubahan pada pasien. Hasilnya cukup mengejutkan, pasien yang telah koma ini sadar dan mampu membuka mata.
Selama terapi, pasien diberi propolis dosis 500 miligram tiga kali sehari. Tablet propolis yang sudah dihancurkan dimasukkan dalam cairan infus pada pagi, siang dan sore hari.
Selain propolis, pasien juga diterapi dengan sengat lebah satu pekan sekali. Pasien menerima dua sengat lebah sekali terapi, di kiri dan kanan leher belakang.
"Bahan aktif yang berperan penting dalam proses penghancuran sel itu disebut melitin yang ada di dalam bee venom. Sedangkan di dalam propolis ada tujuh bahan aktif, salah satunya adalah flavonoid," ujar James, Selasa (28/5).
Propolis berada di dalam rumah lebah. Warnanya kehitaman. Propolis adalah campuran dari nektar dan air liur lebah. Propolis yang dikumpulkan berasal dari jenis lebah dari Eropa,  Apis Mellifera.
Propolis yang telah dikumpulkan, diambil ekstraknya dengan cara maserasi. Perbandingannya, satu kilogram propolis dicampur dengan lima liter ethanol. Kemudian dikocok selama dua pekan. Proses tersebut dinamakan maserasi.
Setelah dimaserasi, campuran propolis tersebut dikeringkan dengan alat rotavapor atau alat penguapan. Dari proses ini tertinggal kristal-kristal propolis atau ekstraknya. Ekstrak inilah yang diberikan pada pasien. Ekstrak ini sudah bisa dimanfaatkan karena dibuat dalam bentuk tablet.
"Pemberian obat alami atau natural medicine ini dilakukan secara simultan dengan obat antiretroviral," kata James.
Terapi ini diberikan selama jangka waktu tiga bulan atas persetujuan dari keluarga pasien. James berharap dalam tiga bulan ke depan hasilnya maksimal. Artinya, pasien dapat sehat kembali.







HIV/AIDS, Tuberculosis & Malaria

NTD control is also important for success in fighting other important diseases – notably HIV/AIDs, tuberculosis and malaria.  In Africa, there are high rates of co-infection among NTDs and HIV/AIDs, tuberculosis and malaria, demonstrating an increased need for more research to unlock the links between these diseases, as well as a number of opportunities for treating comprehensive programming to treat these diseases simultaneously.
NTDs weaken the immune system, making it more likely for an individual to contract other diseases and less likely that they will be able to fight them.  Women with female genital schistosomiasis (FGS) have three times the chance of contracting HIV than those women without it; in Africa, at least 16 million women may be infected with FGS.  Additionally, the presence of soil-transmitted helminthes (ascariasis, trichuriasis and hookworm) is a risk factor for the development of active pulmonary tuberculosis. Hookworm and malaria both cause anemia, which leads to increased morbidity and mortality for those who are co-infected, particularly women and children.
In some cases, NTDs can also reduce the efficiency of treatment and prevention of other diseases.  Soil-transmitted helminthes have shown to reduce the effectiveness of tuberculosis treatment as well as reducing the effectiveness of the BCG vaccine – which prevents tuberculosis.  Those with HIV and soil-transmitted helminthes may also have a lower response to T-cell treatments. There may be links between NTDs and the efficacy of other vaccines, though more research is needed.
The high level of co-infection means that there are opportunities for integrated treatment programs.  The average cost of NTD medication - approximately $0.50 annually - means that it can easily and cheaply be integrated into treatment programs for other diseases, ensuring that they are as effective as possible.  Other disease prevention methods, such as mosquito control, will have positive impacts on the reduction of both malaria and lymphatic filariasis in areas like Africa, where the diseases are co-endemic.







Minggu, September 11


Pilih Bidan Atau Dokter Kandungan Aja Yaa...

08/07/2008 | Baca : 1592 | Komentar : 0
Kehamilan merupakan sebuah anugerah bagi seorang ibu. Namun, kebanyakan ibu hamil kurang mempunyai referensi tentang dokter kandungan. Manakah yang dapat memberikan pelayanan terbaik, bidan atau dokter kandungan? 
Sebagai pengalaman pertama dalam kehamilan, umumnya seorang ibu tidak tahu harus ke mana untuk memeriksakan kehamilannya. Atau bagi ibu yang pernah melahirkan, tetapi ingin memilih bidan atau dokter yang lain, mereka seringkali sulit menentukan atau mendapatkan pendamping kehamilan yang baik.
Memilih bidan atau dokter kandungan dalam membantu sebuah persalinan memang seringkali membingungkan. Sebagian ibu hamil merasa tidak tahu dan bahkan tidak yakin apakah bidan atau dokter kandungan yang didatanginya adalah pilihan yang terbaik, meskipun kelahiran yang ditolong oleh bidan maupun dokter kandungan akan memberikan hasil yang sama.
Bidan biasanya membantu sebuah persalinan yang normal. Bidan juga seringkali mendampingi pasiennya sebelum, selama, maupun sesudah proses kelahiran, baik di rumah sakit maupun hanya di rumah saja. Jadi, keberadaan bidan sangat dibutuhkan, khususnya untuk merawat dan menangani segala kebutuhan pasien.  
Peran dokter kandungan sangat dibutuhkan jika selama kehamilan timbul masalah atau jika sang ibu mempunyai riwayat kesehatan yang berisiko untuk kehamilan. Contoh kelahiran yang bermasalah yaitu jika sang ibu memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau adanya tanda - tanda bermasalah lainnya. Risiko tersebut dapat menyebabkan kematian pada bayi, ibu, atau bahkan keduanya. Kelahiran berisiko seperti itulah yang harus ditangani oleh dokter kandungan.
Setiap pasien mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dengan menggunakan bantuan bidan maupun dokter kandungan. Namun, apa pun yang dilakukan oleh seorang bidan maupun dokter kandungan sudah ada standar kerja yang baku. Lepas dari semua itu, yang terpenting adalah rasa nyaman sang ibu. Jika ibu merasa nyaman dengan bidan atau dokter kandungan yang memeriksanya, dia pasti akan melahirkan buah hatinya dengan tenang karena sebuah proses kelahiran menuntut rasa percaya diri dan ketenangan yang tinggi dari sang ibu
Details

Hamil, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

08/07/2008 | Baca : 1889 | Komentar : 0 Hamil, tidak, hamil, tidak? begitulah keragu-raguan yang selalu muncul di benak Anda sebagai wanita. Entah diharapkan atau tidak, gejala awal kehamilan selalu sulit untuk diketahui dengan pasti. Bagaimanakah sebenarnya tanda - tanda dan proses kehamilan? Semua akan dibahas berikut ini.
Perkiraan bahwa kehamilan sudah terjadi, baru muncul bila pada bulan ini Anda tidak mendapat haid. Namun, sampai enam hari terlambat haid biasanya belum dapat menggambarkan apakah Anda benar-benar hamil. Haid memang tidak selamanya tepat waktu. Jadi, ia bisa saja datang terlambat tanpa adanya kehamilan.
Tes-tes kehamilan (yang mudah Anda dapatkan di apotik) mendeteksi hormon yang diproduksi bila terjadi kehamilan. Hormon ini masih rendah kadarnya di tahap awal kehamilan dan akan meningkat seiring dengan waktu. Karena itu, walaupun produk-produk tersebut selalu membanggakan sensitivitasnya, hasil yang lebih pasti tentu didapat bila kehamilan sudah berlangsung lebih lama. Bila hasil tes kehamilan masih negatif dan haid belum juga datang, cobalah ulang seminggu kemudian.
Kalau menduga bahwa diri Anda hamil, pastikan dengan mengunjungi dokter atau bidan terdekat. Ingatlah tanggal hari pertama haid terakhir Anda (HPHT). Dengan pedoman tanggal ini, dokter akan memperkirakan usia kehamilan dan kapan perkiraan saat melahirkan nanti.
Tanda-tanda kehamilan juga dapat dilihat dari perubahan fisik. Di antara beberapa gejala umum yang sering ditemui adalah sebagai berikut:
  1. Payudara terasa membesar, lebih berisi, kenyal serta lembut.
  2. Kira-kira 10 hari setelah terlambat haid atau minggu ke-6, benjolan-benjolan kecil pada payudara, yang disebut kelenjar Montgomery, akan muncul pada daerah dekat puting yang berwarna agak gelap (areola).
  3. Pembuluh-pembuluh darah di payudara juga akan lebih tampak dari biasanya.
  4. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, Anda juga akan lebih sering buang air kecil, bukan hanya pada siang hari tapi juga malam hari.
  5. Lebih cepat lelah dan kadang-kadang disertai pusing kepala.
  6. Mual dan muntah cukup sering terjadi. Gejala ini biasa disebut sebagai "morning sickness" dan umumnya muncul pada bulan kedua kehamilan. Walaupun namanya "morning sickness", gejalanya terjadi bukan hanya pagi hari tapi boleh jadi sepanjang hari.
  7. Terjadi gerakan-gerakan pada bayi, yang dikenal dengan istilah "feeling life". Keadaan ini mulai terjadi antara bulan keempat dan kelima kehamilan
  8. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, pembesaran perut semakin terlihat nyata.

Katarak

20/07/2011 | Baca : 928 | Komentar : 0 Mata adalah sensor tubuh yang mendeteksi cahaya. Bagian-bagian pada organ mata, bekerja sama menghantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf.

Meski merupakan orang yang rentan mengalami gangguan, sebenarnya mata terdesain sangat aman dan terlindungi. Mata terletak dalam cekungan pada tulang tengkorak. Kelopak melindungimata di bagian depan. Bulu mata menangkap banyak partikel, yang bisa masuk ke mata. Secaraotomatis, mata mengedip rata-rata tiap 6 detik, sehingga kotoran di mata tercuci oleh air mata. Sebagai perlindungan lebih jauh, kelopak mata secara otomatis menutup, saat ada benda mendekat kea rah mata.

Katarak, sebagai penyakit mata yang banyak menyerang manusia pada usia di atas 65 tahun dengan terlihat dari gejala penglihatan yang berkabut, silau, bila dilihat dengan bantuan cahaya pada pupil akan terlihat keruh. Gangguan mata yang banyak terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain, karena regenerative atau faktor usia, terganggunya metabolism tubuh akibat penyakit berkepanjangan, bawaan lahir atau bahkan keracunan. Walaupun masih dapat diobati, namun katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.

Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.

Katarak dibagi memjadi beberapa jenis yaitu:

Katarak Senilis (Ketuaan), yaitu katarak yang timbul setelah umur 40 tahun, proses pasti belum diketahui, diduga karena ketuaan.

Katarak Kongenital, yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama pada kehamilan 3 bulan pertama.

Katarak Traumatika, yaitu katarak yang dapat menyerang semua umur, biasanya karena pasca trauma baik tajam maupun tumpul pada mata terutama mengenai lensa.

Katarak Komplikata, adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata. Katarak berkembang lambat namun potensial menjadi kebutaan jika tidak segera diobati. Penderita tidak menyadari gejala gangguan katarak, karena prosesnya yang berlangsung berangsur-angsur sampai daya penglihatan baru terasa pengaruhnya setelah katarak ini berkembang sekitar 3-5 tahun. Maka dari itu, penderita biasanya baru menyadari setelah memasuki stadium kritis. Satu-satunya pengobatan adalah melalui pembedahan, yaitu pengambilan lensa keruh.

Penggantian lensa ada dua cara yaitu:

1. Penderita setelah dioperasi diberi kacamata atau lensa kontak positif kurang lebih 10 dioptri.
2. Penderita dipasang lensa tanam bersamaan waktu dilakukan operasi, keuntungannya adalah penderita setelah operasi penderita langsung dapat melihat jelas, tidak perlu memakai kacamata sangat tebal, lapang pandang penderita tetap luas dan distorsi sinar dapat dihilangkan.